Artikel pendidikan ini berusaha menjelaskan tentang Konsep Medan Leksikal atau Medan Makna. Diharapkan makalah pendidikan/artikel pendidikan singkat ini memberi pemahaman tentang Konsep Medan Leksikal atau Medan Makna sehingga memberi referensi tambahan bagi penulis makalah pendidikan atau pegiat penelitian yang bertema Konsep Medan Leksikal atau Medan Makna.
-------------
Medan Makna
Konsep medan leksikal atau medan makna atau ranah makna merupakan padanan konsep wortfeld yang dikemukakan oleh Trier (1931) atau semantic field oleh Lounsbury (1956) atau lexical field oleh Coseriu (1967), Lehrer (1974), dan Lyons (1977), atau semantic domain oleh Nida (1975) (Wedhawati, 1999). Istilah teori medan makna atau theory of semantic field berkaitan dengan teori bahwa perbendaharaan kata dalam suatu bahasa memeiliki medan struktur, baik secara leksikal maupun konseptual (Aminuddin, 2003).
Menurut Umar (1982), medan makna (al-haqlu ad-dilali) mdrupakan seperangkat atau kumpulan kata yang maknanya saling berkaitan. Dalam teori ini ditegaskan, bahwa agar kita memahami makna suatu kata, maka kita harus memahami pula sekumpulan kosa kota yang maknanya berhubungan (Umar, 1982). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Kridalaksana (1984), bahwa medan makna merupakan domain semantik. Ia merupakan bagian dari sistem bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Contoh: nama warna membentuk medan makna tertentu, begitu pula nama perabot rumah tangga, resep makanan dan minuman, peristilahan penerbangan, dst. de Saussure sebagaimana dikutip oleh Wedhawati (1999) menyatakan bahwa stiap butir leksikal terlibat dalam jaringan asosiasi yang menghubungkannya dengan butir leksikal lain berdasarkan kesamaan maknanya atau berdasarkan kesamaan bentuk dan maknanya.
Dalam kaitannya dengan medan makna ini, para pencetus teori ini, Lyon misalnya berpendapat, bahwa (a) setiap butir leksikal hanya ada pada satu medan makna, (b) tidak ada butir leksikal yang tidak menjadi anggota pada medan makna tertentu, (c) tidak ada alasan untuk mengabaikan konteks, dan (d) ketidakmungkinan kajian terhadap kosa kata terlepas dari struktur (Umar, 1982). Trier (1931) sebagaimana dikutip oleh Wedhawati (1999) menegaskan bahwa nilai sebuah kata hanya dapat diidentifikasi jika nilai itu dihadapkan pada nilai kata-kata yang bertetangga dan berlawanan. Hanya sebagai unsur dari keutuhannya sebuah kata mempunyai makna, sebab hanya di dalam medan kita jumpai makna.
Dalam bahasa Arab, kata alwan mempunyai sederetan kata yang maknanya berhubungan, yaitu ahmar ‘merah’, azraq ‘biru’, ashfar ‘kuning’, ahdlar ‘hijau’, dan abyadl ‘putih’. Kita juga mengenal istilah kekerabatan dalam bahasa Indonesia, misalnya anak, cucu, cicit. piut, bapak/ayah, ibu, kakek, nenek, moyang, buyut, paman, bibi, saudara, kakak, adik, sepupu, kemenakan, istri, suami, ipar, mertua, menantu, dan besan (Chaer, 2002).
Secara rinci Umar (1982) mengidentifikasi kosa kata yang berada pada satu medan makna sebagai berikut ini.
1- أشياء حية – حيوان – حشرة –حيوان يمشي على أربع ...
2- عثة – بعوض – بق ...
3- طائر – صقر – حمامة ...
4- دب – ذئب – ثعلب ...
5- حيوان – بقرة – خنزير – حمار – خروف – فرس ...
6- وبر – صوف ...
7- جناح – ذيل – قرن ...
8- رجل – إنسان – شخص ...
9- رجل – شيخ – صبي – ولد ...
10- امرأة – عجوز – فتاة – بنت ...
11- طفل – رضيع ...
12- جيل – ريب – أسرة – قبيلة – جنس ...
13- نجل – ابن – ابنة – حفيد ...
14- جد – أب – أم – جدة ...
15- زوج – زوجة – حماة – عريس – عروس ...
16- ناس – فريق – جمهور ...
17- رأس – جمجمة –عين – أذن ...
18- سماء – سحاب – هواء – شمس – قمر ...
19- حديد – فضة – نحاس
20- صخر – رمل – طين – تربة – غبار ...
21- فاكهة – زيتون – بذور ...
22- غصن – ورقة – جذر – زهرة ...
23- سرير – كرسي – عرش – منضدة ...
24- يضرب – يصدم – يدق ...
25- يحمل – يلد ...
Kata-kata yang berada dalam satu medan makna dapat dilihat hubungannya melalui tinjauan/relasi sintagmatik dan paradigmatik. Yang dimaksud dengan sintagmatik adalah hubungan linier antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu. Hubungan itu dikatakan hubungan in praesentia (Kridalaksana, 1984). Istilah lain dari hubungan sintagmatik adalah kolokasi. Kata kolokasi berasal dari bahasa Latin colloco yang berarti ada di tempat yang sama dengan) dengan menunjuk kepada hubungan sintagmatik. Artinya, kata-kata tersebut berada dalam satu kolokasi atau satu tempat atau lingkungan (Chaer, 2002).
Selanjutnya Chaer (2002) memberikan contoh Tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam bagai, lalu perahu itu digulung ombak, dan tenggelam beserta isinya. Kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam merupakan kata-kata dalam satu kolokasi. Kolokasi berarti asosiasi hubungan makna kata yang satu dengan yang lain yang masing-masingnya memiliki hubungan ciri yang relative tetap, misalnya kata pandangan berhubunungan dengan mata, bibir dengan senyum, serta kata menyalak memiliki hubungan dengan anjing (Aminuddin, 2003).
Berkaitan dengan hubungan sintagmatik ini (al-huqul as-sintajmatiyyah) ini, Umar (1982) memberikan contoh-contoh berikut.
كلب – نباح.
فرس – صهيل.
زهر – تفتح.
طعام – يقدم.
يمشي – قدم.
ينتقل – سيارة.
يرى – عين.
يسمع – اذن.
اشقر – شعر.
Sementara itu, yang dimaksud dengan hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu dengan unsur-unsur lain di luar tataran itu yang dapat dipertukarkan; misal dalam kalimat Kami bermain bola antara kami dengan orang itu, saya, dsb. dan antara bermain dengan menyepak, mengambil, dsb. Hubungan antara unsur-unsur itu dikatakan hubungan in absentia (Kridalaksana, 1984). Dalam hal ini, Aminuddin (2003) memberikan contoh kalimat Menjelang pagi, perut saya lapar sekali, untung ada (----). Garis dalam kurung itu dapat diisi roti, nasi, tempe goreng, tahu, dan sebagainya. Kata-kata tersebut dan sekian lagi kata yang lainnya dapat diisikan di dalamnya karena kata-kata tersebut menunjuk acuan referen “dapat dimakan” sehingga mampu menanggulangi lapar. Istilah lain yang semakna dengan hubungan paradigmatik ini adalah golongan set. Yakni kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam satu set dapat saling menggantikan (Chaer, 2002).
Selanjutnya Chaer (2002) menegaskan bahwa suatu set biasanya berupa sekelompok unsur leksikal dari kelas yang sama yang tampaknya merupakan satu kesatuan.
Dalam bahasa Arab, hubungan paradigmatik dapat kita lihat pada kalimat berikut ini.
1- (يأكل أحمد) الرز
(نأكل)
(أكل)
2- يأكل أحمد (الرز)
( الخبز)
(الموز)
(التفاحة)
3- ( يشرب) زيد الماء
(يأخذ)
(يصب)
4- (يأخذ) أحمد زين العارف كرة القدم
(يشتري)
(يرفس)
(يرمي)
--------------
Demikian artikel/makalah tentang Konsep Medan Leksikal atau Medan Makna. semoga memberi pengertian kepada para pembaca sekalian tentang Konsep Medan Leksikal atau Medan Makna. Apabila pembaca merasa memerlukan referensi tambahan untuk makalah pendidikan atau penelitian pendidikan anda, tulis permohonan, kritik, sarannya melalui komentar.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Konsep Medan Leksikal atau Medan Makna"
Posting Komentar