Motivasi menurut Anderson dan Kyprianou (1994:63-64) adalah sesuatu yang membuat orang berkehendak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu. Anderson dan Kyprianou (1994:64) menjelaskan bahwa motivasi merupakan konsep yang kita gunakan untuk mengambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Menurut Mitchell yang diedit oleh Timpe (1991:445) menyatakan bahwa motivasi terdiri dari proses psikologis tertentu yang menyebabkan timbulnya gairah, pengarahan, dan kegigihan dari tindakan sukarela yang menuju ke sasaran.
Gitosudarmo dan Sudito (1997:28) menyatakan bahwa motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Di sisi lain, Moekiyat (2000:63) memperkuat pengertian motivasi sebagai suatu proses psikologis yang azasi dalam perilaku manusia dan memberikan dasar untuk teori-teori dan penerapan motivasi kerja yang diperlukan. Menurut Wexley dan Yukl yang dikutip oleh M. As’ad (1986:45) mengartikan motivasi sebagai the process by which behavior is energized and directed.
Oemar Hamalik (2000:72) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Selanjutnya, motivasi sebagai suatu sistem menurut Moekiyat (2000:70-71) ada tiga unsur yang saling mempengaruhi dan saling bergantung, yaitu:
1) Kebutuhan-kebutuhan
Definisi kebutuhan dengan satu kata yang terbaik adalah kekurangan. Dalam arti homeostatis kebutuhan-kebutuhan timbul apabila ada suatu ketidakseimbangan fisiologis dan psikologis.
2) Perangsang-perangsang
Dengan sedikit pengecualian, perangsang-perangsang atau motif-motif diperlukan untuk mengurangi kebutuhan-kebutuhan. Suatu perangsang dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu kekurangan akan pengarahan. Perangsang-perangsang merupakan inti dari proses memotivasi.
3) Tujuan-tujuan
Suatu tujuan dalam siklus motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu yang akan meringankan suatu kebutuhan dan mengurangi suatu perangsang. Dengan demikian, mencapai suatu tujuan akan cenderung memperbaiki imbalan fisiologis atau psikologis dan akan mengurangi atau menghilangkan perangsang.
Pengertian motivasi berkaitan erat dengan timbulnya suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Oleh karena itu, proses motivasi menurut Gitosudarmo dan Sudito (1997:28) terdiri dari beberapa tahapan proses yang meliputi:
1) Munculnya suatu kebutuhan yang belum terpenuhi menyebabkan adanya ketidakseimbangan (tention)k dalam diri seseorang dan berusaha untuk menguranginya dengan perilaku tertentu;
2) Seseorang kemudian mencari cara-cara untuk memuaskan keinginan tersebut;
3) Seseorang mengarahkan perilakunya ke arah pencapaian tujuan atau prestasi dengan cara-cara yang telah dipilihnya dengan didukung oleh kemampuan, keterampilan, maupun pengalamannya;
4) Penilaian prestasi dilakukan oleh diri sendiri atau orang lain (atasan) tentang keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Perilaku yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan kebanggaan biasanya dimulai oleh yang bersangkutan. Sedangkan perilaku yang ditujukan untuk memenuhi suatu kebutuhan finansial atau jabatan, umumnya dilakukan oleh atasan atau pimpinan organisasi;
5) Imbalan atau hukuman yang diterima atau dirasakan tergantung kepada evaluasi atau prestasi yang dilakukan; dan
6) Akhirnya, seseorang menilai sejauhmana perilaku dan imbalan telah memuaskan kebutuhannya, maka keseimbangan atau kepuasan atas kebutuhan tertentu dirasakan. Akan tetapi apabila masih ada kebutuhan yang belum terpenuhi, akan terjadi proses pengulangan dari siklus motivasi dengan perilaku yang berbeda.
Oemar Hamalik (2000:72-74) menyatakan bahwa antara kebutuhan –motivasi - perbuatan/tingkah laku - tujuan dan kepuasan ada hubungan yang kuat. Tiap perbuatan senantiasa berkat adanya dorongan motivasi. Timbulnya motivasi disebabkan adanya suatu kebutuhan dan karenanya perbuatan tersebut terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Tingkah laku yang telah memberikan kepuasan terhadap suatu kebutuhan cenderung untuk diulang kembali, sehingga menjadi lebih kuat dan lebih mantap.
Timpe (1991:209) merangkum beberapa sifat yang melandasi definisi teknis motivasi, meliputi:
1) Secara tradisional, motivasi dianggap sebagai fenomena individual. Setiap individu unik dan semua teori motivasi utama diijinkan dengan satu dan lain jalan, memperkenankank keunikan ini supaya terlihat (yaitu setiap orang mempunyai kebutuhan, harapan, nilai, sikap, riwayat, perkuatan, dan sasaran yang berbeda);
2) Motivasi biasanya dijelaskan sebagai sengaja, yaitu motivasi yang berada di bawah kendalik pegawai. Kebanyakan perilaku dipengaruhi oleh motivasi seperti yang banyak terlihat (yaitu usaha dalam pekerjaan) dipandang khas sebagai tindakan yang dipilih oleh individu untuk dilaksanakan;
3) Motivasi itu bermuka banyak. Dua faktor penting ialah timbulnya gairah (pengaktifan, pemicu), pengarah (pilihan) perilaku. Timbulnya gairah telah memuaskan perhatian pada pertanyaan: apa yang dapat membuat orang menjadi aktif, keadaan apa yang membuat orang menjadi bergairah sehingga mereka ingin berlaku sebaik mungkin. Dan jika seseorang sudah digairahkan, apa yang membuat ia akan menuju ke arah tertentu; dan
4) Maksud dari teori perilaku agar dapat meramal perilaku. Motivasi berkepentingan dengan tindakan dan kekuatan intern dan ekstern yang mempengaruhi perilaku tidak dan seseorang. Motivasi bukanlah perilaku itu sendiri dan bukan pula performa. Perilaku adalah kriterium yang dipilih. Dan dalam beberapa kasus tindakan yang dipilih merupakan pencerminan yang baik dari performa. Tetapi proses psikologis, perilaku sebenarnya dan performa seluruhnya adalah barang yang berbeda. Motivasi menjadi derajat sampai dimana individu ingin dan memilih untuk bertingkah laku spesifik tertentu.
Selanjutnya Timpe (1991:121) merangkum beberapa pada dari beberapa pakar manajemen tentang faktor motivasi, sebagai berikut:
1) Carrel dan Goodman, menyarankan bahwa orang itu termotivasi karena ingin ke dalam, jika percaya mendapat perlakuan adil, maka mereka akan berperilaku sedemikian rupa yang menurut kepercayaan mereka akan mengembalikan perasaan ke dalam yang hilang. Orang lebih dapat menerima imbalan berlebih daripada imbalan yang berkurang. Jika iak merasa mendapat imbalan berkurang dan tidak dapat berbuat banyak untuk mempengaruhinya mereka cenderung menjadi tidak puas, mengurangi bekerja dan lebih sering absen dibanding dengan bila mereka merasa diperlakukan dengan adil.
2) Creight, ada sistem lima peran untuk memotivasi peningkatan performa (kinerja) yang meliputi:
a) peran penentu sasaran;
b) pelatih;
c) penasehat;
d) penilai; dan
e) pembuatan keputusan
Jika kelima peran yang lebih kecil ini dapat saling dipadukan dengan berhasil, maka hal tersebut membuka peluang bagi manajer dan pengawas untuk memotivasi peningkatan performa pegawai.
3. Kinlaw, ada empat faktor yang menunjang performa, yaitu:
1) Pegawai mengerti dengan jelas yang diharapkan darinya;
2) Pegawai mempunyai kompetensi untuk melaksanakan;
3) Pegawai didukung oleh lingkungan kerja yang memadai; dan
4) Pegawai termotivasi untuk berperforma (kinerja tinggi).
Dalam pengertian faktor yang terakhir ini, motivasi adalah keinginan untuk berperforma (berkinerja tinggi) sesuai dengan pengharapnnya. Maka, motivasi merupakan salah satu langkah di antara empat faktor yang menentukan performa.
Dari berbagai pendapat tentang pengertian motivasi di atas, maka dapat diartikan oleh penulis bahwa motivasi merupakan kekuatan rela;tif dan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk berusaha mengaktualisasikan potensi terbaiknya, guna memenuhi keinginan sesuai dengan kebutuhannya.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com http://grosirlaptop.blogspot.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Pengertian Motivasi"
Posting Komentar