Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan pada khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara menggerakkan dan mengerahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Hasibuan, 2000:141).
Orang mau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari (conscious needs), maupun kebutuhan yang tidak di sadari (unconscious needs), berbentuk materi dan non materi, kebutuhan fisik maupun non fisik. Menurut Peterson dan Plowman (Hasibuan, 2000:142-143), orang mau bekerja karena adanya faktor-faktor:
a) Keinginan untuk hidup (the desire to live);
b) Keinginan untuk suatu posisi (the desire for position);
c) Keinginan untuk kekuasaan (the desire for power); dan
d) Keinginan akan pengakuan (the desire for recognition);
Beberapa teori lain tentang motivasi dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Hierarki kebutuhan Maslow, menurut Robbins (1992:45-46)
Teori Maslow menganggap bahwa kebutuhan orang bergantung kepada apa yang telah mereka miliki. Dalam pengertian, suatu kebutuhan yang telah terpenuhi bukan merupakan faktor motivator. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki kepentingan yang meliputi:
1) Fisiologis, yaitu makan, minum, tempat tinggal, dan sembuh dari rasa sakit;
2) Keamanan dan keselamatan, yaitu kebutuhan untuk kemerdekaan dari ancaman, yaitu keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam;
3) Rasa memiliki, sosial, dan kasih sayang, yaitu kebutuhan akan persahabatan, kelompok, interaksi, dan kasih sayang;
4) Penghargaan (esteem), yaitu kebutuhan atas harga diri (self esteem) dan penghargaan dari pihak lain;
5) Aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi diri seseorang melalui memaksimukan penggunaan kemampuan, keahlian, dan potensi.
Teori Maslow ini menganggap bahwa orang mencoba memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar terlebih dahulu, sebelum mengarahkan perilaku dalam memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
b. Teori ERG-Alderfer menurut Gitosudarmo dan Sudito (1997:32-34)
Teori ERG menganggap bahwa kebutuhan manusia memiliki tiga hierarkik kebutuhan. Ketiga kebutuhan tersebut adalah:
1) Kebutuhan eksistensi (existence needs);
Kebutuhan eksistensi ini berupa semua kebutuhan yang termasuk dalam kebutuhan fisiologis dan natural, dan kebutuhan rasa aman seperti kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian, perumahan, dan keamanan. Dalam suatu organisasi, kebutuhan ini termasuk di dalamnya seperti rapat, kondisi kerja, jaminan sosial, dan lain sebagainya.
2) Kebutuhan akan keterikatan;
Kebutuhan akan keterikatan sama dengan kebutuhan sosial dari Maslow. Kebutuhan akan keterikatan meliputi semua bentuk kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan hubungan antar pribadi di tempat kerja.
3) Kebutuhan akan pertumbuhan;
Kebutuhan akan pertumbuhan meliputi semua kebutuhan yang berkaitan dengan perkembangan potensi seseorang, sebagaimana kebutuhan aktualisasi diri dan penghargaan dari teori Maslow. Kepuasan atas kebutuhan akan pertumbuhan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu tugas tidak saja ingin menggunakan dan menunjukkan kemampuannya secara maksimal, tetapi juga untuk cepat mengembangkan kemampuan-kemampuan baru.
c. Teori Dua Faktor Utama
Herzberg yang dikutip Hasibuan (2000:157) menyebutkan bahwa pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor untuk ama yang merupakan kebutuhan, yaitu:
1) Faktor-faktor pemeliharaan (maintenance factors);
Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan hakekat pekerja yang ingin memperoleh pemenuhan kebutuhan atas keukurangan badaniah. Kebutuhan ini akan berlangsung terus menerus, seperti misalnya lapar – kenyang – lapar – kenyang. Dalam bekerja, kebutuhan ini misalnya gaji, kepastian pekerjaan, dan supervisi yang baik. Jadi faktor-faktor ini bukanlah sebagai motivator, tetapi merupakan keharusan bagi perusahaan.
2) Faktor-faktor motivasi (motivation factors);
Faktor-faktor ini merupakan faktor-faktor motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologis yang berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya ruangan yang nyaman, penempatan pekerja yang sesuai dan lainnya.
d. Teori Tiga Kebutuhan
Pendapat Clelland yang dikutip oleh Robbins (1992:50) menyebutkan bahwa seorang pekerja memiliki energi potensial yang dapat dimanfaatkan tergantung pada dorongan motivasi, situasi, dan peluang yang ada. Adapun kebutuhan pekerja yang dapat memotivasi gairah kerja, adalah:
1) kebutuhan akan prestasi;
2) kebutuhan akan kekuasaan; dan
3) kebutuhan akan afiliasi.
e) Teori Harapan dari Vroom yang dikutip oleh Siagian (1998:292)
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat dari hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan, bahwa tindakannya akan mengarah pada hasil yang diinginkan. Apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan nampaknya terbuka untuk memperolehnya, maka seseorang akan berusaha mendapatkannya. Dalam kotneks ini maka apabila seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka yang bersangkutan akan terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Namun apabila kemungkinan itu tipis, maka motivasinya untuk berupaya pun juga akan menjadi rendah.
Dari pendapat para ahli di atas, maka dalam penelitian ini penulis akan mengadopsi pendapat Clelland sebagai landasan teori. Dalam teori ini disebutkan bahwa kebutuhan manusia yang dapat memotivasi kedisiplinan pegawai adalah kebutuhan akan berprestasi. Kebutuhan akan berprestasi, adalah kebutuhan yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawabnya atas tugas dan pekerjaannya, serta aktivitas untuk pemecahan suatu masalah.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com http://grosirlaptop.blogspot.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Teori-teori Tentang Motivasi"
Posting Komentar