Kamis, 21 April 2011

Organisasi Kurikulum


Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-pengajaran pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Nurgiantoro, 1988: 111). Adapun S. Nasution (1989: 80) menyebutkan dilihat dari organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau bentuk kurikulum, yakni: (1) Separated Subject Curriculum; (2) Correlated Curriculum; (3) Integrated Curriculum. Sebenarnya pemisahan tersebut lebih bersifat teoritis, karena pada kenyataannya tidak ada kurikulum yang secara mutlak mendasarkan pada salah satu bentuk saja tanpa mengaitkannya dengan yang lain. Berikut uraian dari organisasi kurikulum:

a. Separated Subject Curriculum
Pada bentuk ini, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang terpisah dan tidak mempunyai kaitan sama sekali. Sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.

Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain: (1) Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis; (2) Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan; (3) Mudah dievaluasi dan dites; (4) Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi; (5) Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah; (6) Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan; (7) Lebih tersusun secara sistematis.

Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut: (1) Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka; (2) Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau teks; (3) Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik; (4) Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual; (5) Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan; (6) Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.

b. Correlated Curriculum
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.

Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.

Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara lain: (1) Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu; (2) Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran; (3) Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran; (4) Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional; (5) Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

Selain correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain: (1) Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik; (2) Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran; (3) Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis; (4) Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.

c. Integrated Curriculum
Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.

Organisasi kurikulum ini mempunyai kelebihan, sebagai berikut: (1) Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat; (2) Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar; (3) Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat; (4) Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama serta bekerja sama dalam kelompok; (5) Penyajian bahan disesuaikan dengan kemampuan individu, minat dan kematangan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok.

Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah: (1) Pendidik atau guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini; (2) Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis; (3) Terlalu memberatkan tugas pendidik; (4) Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum; (5) Peserta didik dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum; (6) Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut.


Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang


Sumber:
www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com
www.arminaperdana.blogspot.com
, http://grosirlaptop.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar