Dalam kenyataan sehari-hari perkataan sains dan agama, seringkali menimbulkan pemahaman yang distorsif. Tidak jarang orang memahami sains sebagi ilmu pengetahuan yang bersifat empiris, positif, terukur dan dapat diuji atau dieksprimentasikan. Sebaliknya, agama dipandang sebagai sesuatu yang mewakili hal-hal yang supra ilmiah, sesuatu yang melampaui fisik, empiris dan meta positif. Tidak salah jika agama seringkali dianggap sebagai sesuatu yang mengusai ruang pembahasan yang bersifat metafisik, metaempiris dan metapositif.
Dalam beberapa literature ada banyak difenisi tentang agama seperti menurut antropolog B. Taylor, ia mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan kepada hal-hal yang ghaib (religion is the belief in spiritual being) (Peter Conolly, 2002:12). Menurut Emile Durkheim agama dipahami sebagai suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya, terdiri dari kepercayaan dan penyembahan, yang semuanya dihubungkan dengan hal-hal yang suci dan mengikat pengikutnya dalam suatu masyarakat (Peter Conolly, 2002:13). Sedangkan Poerwadarminta menjelaskan bahwa agama adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan, dewa dan sebagainya) serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Dalam paparan ini kita telah memberikan penjelasan tentang makna agama. Namun, hal yang tidak boleh dilupakan bahwa yang dimaksud agama dalam konteks ini adalah agama sebagai peradapan dan pengetahuan (Religion as a Civilization and Knowledge). Agama sebagai peradapan tidak dapat dinafikan berkaitan dengan problem pengetahuan. Kata agama yang disandingkan dengan kata sains dalam konteks ini mempunyai maksud sebagai ilmu agama dan ilmu pengetahun non-agama yang bisa diklaim sains dewasa ini.
Integrasi Sains dan Agama
Secara etimologi, kata integrasi berasal dari kata integrate (verb), integration (noun) yang diartikan sebagai combine (parts) into in whole; join with other group or race. Kata combine sendiri secara etimologi dipahami sebagai join together dan group of persons, companies ec joined for purpos (Cowei dalam Rosyidi dan In’am Esha, 2006:64). Dengan demikian, integrasi dapat dipahami sebagai usaha menggabungkan bagian-bagian yang terpisah menjadi satu kesatuan.
Integrasi berkaitan dengan keilmuan, barangkali dapat dilihat dari apa yang dikatakan oleh Andrew Jamison. Jamison dalam tulisannya “Globalization and the Revival of Tradition Knowledge”, ia menjelaskan bahwa dalam konteks kekinian seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi di era globalisasi perlu dikembangkan sebuah paradigma keilmuan yang menggunakan pendekatan integratif.
Pertanyaannya sekarang mengapa perlu integrasi? Jawaban sederhana atas pertanyaan ini karena adanya diintegrasi keilmuan. Dengan kata lain, selama ini kita dihadapkan pada kenyataan adanya dikotomi keilmuan. Keilmuan agama dan keilmuan non-agama atau dewasa ini sering disebut sains dan agama.
Sebagaimana dijelaskan oleh Kartanegara (2005:1), sebenarnya hal ini bukanlah hal baru dalam tradisi Islam. Dalam dunia Islam dikotomi ini sebenarnya bukan hal yang baru, karena Islam telah mempunyai tradisi dikotomi lebih dari seribu tahun lalu. Namun, hal ini tidak menimbulkan masalah yang berarti, hingga sekularisme Barat diperkenalkan dalam dunia Islam.
Secara konseptual sebenarnya bagi umat muslim, ilmu pemgetahuan dan teknolgi bukan merupakan hal yang baru. Ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kemajuan dan pandangan dinia Muslim (world-view). Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika ilmu memiliki arti yang sedemikian penting bagi kaum muslimin pada masa awalnya (Zainuddin, 2004:7).
Dengan demikian secara historis dapat dikatann bahwa sains dan teknologi adalah warisan intelektual umat Islam yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, umat Islam harus menemukan kembali warisan yang berharga itu. Umta Islam mesti ingat sabda Nabi “bahwa ilmu pengetahuan (hikmah) adalah perbendaharaan orang mukmin yang telah hilang. Barang siapa menemukannya, maka ia berhak atasnya”.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber:
www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com
www.arminaperdana.blogspot.com, http://grosirlaptop.blogspot.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Memahami dan Mengintegrasikan Sains dan Agama"
Posting Komentar