Artikel pendidikan ini berusaha menjelaskan tentang Analisis Komponensial dalam Bahasa . Diharapkan makalah pendidikan/artikel pendidikan singkat ini memberi pemahaman tentang Analisis Komponensial dalam Bahasa sehingga memberi referensi tambahan bagi penulis makalah pendidikan atau pegiat penelitian yang bertema Analisis Komponensial dalam Bahasa .
--------------
Analisis Komponensial dalam Bahasa
Teori medan makna yang dikemukakan oleh Trier memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan teori ini adalah tidak adanya upaya bagaimana mengidentifikasi ciri atau fitur atau komponen makna butir-butir leksikal dalam sebuah medan leksikal (Wedhawati, 1999). Suatu cara mengidentifikasi atau memerikan makna bahasa adalah dengan melakukan analisis komponensial (Wahab, 1999).
Gagasan awal ke arah analisis komponensial itu terdapat dalam karya Hjemslev (1953, 1958), tetapi prinsip-prinsip dasarnya tidak dirumuskan lebih lanjut. Baru pada awal tahun 60-an metode analisis ini berkembang, baik di Amerika maupun di Eropa, dan perkembangannya di Eropa tampak pada karya Pottier (1964), Coseriu (1964, 1966), dan Greimas (1966) (Wedhawati, 1999).
Menurut pandangan analisis komponensial, makna kata dianalisis tidak sebagai konsep yang utuh melainkan sebagai kumpulan yang dibentuk oleh komponen-komponen makna yang masing-masing merupakan asal semantiknya (Kempson, 1977). Analisis ini dapat dipergunakan untuk mendeskrpsikan tata hubungan antarbutir leksikal dalam sebuah medan makna atau mendeskripsikan sistem dan struktur medan leksikal (Wedhawati, 1999).
Bahkan menurut Wahab (1999), cara ini lebih tepat dipakai untuk memerikan makna leksikon. Makna suatu leksikon dapat diungkap bila unsur-unsur pemberi makna bisa diungkapkan. Selanjutnya Wahab (1999) memberikan contoh pemerian leksikon girl, deskripsi tentang leksikon girl dapat dilakukan dengan mengungkapkan fitur-fitur yang merepresentasikannya.
Girl
[+HUMAN]
[-MALE]
[-ADULT].
Menurut Wahab (1999), analisis komponensial memiliki kelebihan, antara lain dapat dipakai untuk membedakan makna suatu kata dengan makna lain, misalnya membedakan girl, dari boy, atau woman. Perhatikan perbedaan antara ketiga kata berikut ini.
Girl Boy Woman
[+HUMAN] [+HUMAN] [+HUMAN]
[-MALE] [+MALE] [-MALE]
[-ADULT] [-ADULT] [+ADULT]
Dari perian dengan menggunakan fitur-fitur di atas, dapat diketahui bahw kata girl berbeda dengan kata boy pada fitur [-MALE] dan [+MALE]. Demikian pula, kata girl juga berbeda dengan kata woman dari fitur [-ADULT] dan [+ADULT]. supaya makna kata dapat diperikan, sebanyak mungkin fitur kata ini ditampilkan. Makin banyak fitur yang ditemukan, makin jelas makna kata yang dimaksud. Perhatikan juga contoh yang dikemukakan oleh Gudai (1989) tentang fitur-fitur jejaka dan perawan sekaligus perbedaannya sebagai berikut.
Jejaka Perawan
[dewasa] [dewasa]
[manusia] [manusia]
[laki-laki] [perempuan]
[kawin] [tidak kawin]
Perbedaan makna antara ayah dan ibu hanya terletak pada komponen makna [+ jantan] dan [– jantan]. Artinya, leksikon kata ayah memiliki ciri jantan, sedangkan, leksikon kata ibu tidak memiliki makna jantan.
Dalam contoh, Umar (1982) juga menjelaskan komponen makna dan sekaligus membandingkan leksikon rajul, imra’atun, thiflun, dan jarwun (anak anjing/singa) sebagai berikut.
رجل = + ذكر + كائن بشري + بالغ
امرأة = - ذكر + كائن بشري + بالغ
طفل = +أو – ذكر + كائن بشري - بالغ
جرو = + أو – ذكر - كائن بشري - بالغ
Di suatu sisi, analisis komponensial memiliki kelebihan sebagaimana yang telah disebutkan, tetapi di sisi lain, analisis komponensial memiliki kelemahan. Menurut Wahab (1999), kelemahan analisis ini terletak pada kemungkinan pemberian fitur yang sama untuk kata yang sebenarnya bersifat antonimi timbal balik (yang dimaksud dengan antonimi timbal balik adalah oposisi makna kata yang bersifat resiprokal). Misalnya, kata jual dan beli. Jika Anda membeli mobil saya, pastilah saya menjual mobil tersebut kepada Anda. Dalam menjelaskan kelemahan analisis komponensial ini, Wahab (1999) memberikan contoh perbandingan sebagaimana berikut ini.
Give Take
[+CHANGE OF POSSESSION] [+CHANGE OF POSSESSION
Ilustrasi di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa kedua kata tersebut tampak mempunyai fitur yang sama, yakni adanya perubahan pemilikan (change of possession). Dengan demikian, kedua kata tersebut tidak berbeda dalam makna. Padahal keduanya merupakan sepasang antonimi yang resiprokal.
Kelemahan lain dari analisis komponensial ini adalah adanya kesulitan untuk memberikan fitur-fitur (baca sub-fitur) secara lengkap untuk kata-kata yang digunakan sebagai fitur. Misalnya pemberian fitur-fitur untuk human, male, adult, dan lain sebagainya. Terkait dengan persoalan ini, Wahab (1999) mengusulkan sebuah model lain yang lebih memiliki penjelasan yang tuntas (explanatory edequacy) dan model ini terdapat pada model predicate calculus. Untuk mengupas model analisis kalkulus predikatif ini diperlukan bahasan tersendiri.
--------------
Demikian artikel/makalah tentang Analisis Komponensial dalam Bahasa. semoga memberi pengertian kepada para pembaca sekalian tentang Analisis Komponensial dalam Bahasa. Apabila pembaca merasa memerlukan referensi tambahan untuk makalah pendidikan atau penelitian pendidikan anda, tulis permohonan, kritik, sarannya melalui komentar.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Analisis Komponensial dalam Bahasa"
Posting Komentar