Pengelolaan kelas ditinjau dari aktifitas guru, menuru pandangan otoriter merupakan seperangkat kegiatan untuk mengusahakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Sedangkan menurut pandangan permisif, pengelolaan kelas dipandang sebagai seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Dari kedua pandangan di atas nampak sekali adanya perbedaan yang besar, terutama dalam visi dan misi moralnya.
Kalau pandangan otriter menekan kebebasan siswa untuk sebuah tujuan agar suasana kelas menjadi lebih tertib, sedangkan pandangan permisif justru berusaha menciptakan suasana yang didalamnya secara maksimal kebebasan siswa terekspresikan. Dilihat dari kedua pandangan ini tentu tidak akan dapat dicapai tujuan pembelajaran yang baik, mengingat tidak terdapat keefektifan dan kurang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak.
Lain lagi dengan pandangan Behavioristik pengelolaan kelas ditinjau dari dinamika siswa, merupakan kegiatan atau suatu proses pengubahan tingkah laku siswa. Pengubahan tingkah laku yang diharapkan adalah perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan mengurangi tingkah laku yang negatif. Sedangkan menurut padangan sosio emosional, pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim yang kondusif untuk terjadinya proses belajar mengajar. Iklim kondusif yang dimaksud adalah adanya hubungan yang baik antara siswa yang satu dengan siswa lainnya dan juga antara siswa dengan gurunya. Selain itu terdapat pula pandangan sistem sosial dengan proses kelompok yang mendefinisikan bahwa pengelolaan kelas merupakan kegiatan kelopok, walaupun proses belajar terjadi secara individu.
Dari ketiga pandangan di atas baik pandangan Behavioristik, sosio-emosional, dan sistem sosial nampaknya tidak ada yang terbaik, namun apabila dilakukan penggabungan dari ketiga pandangan tersebut munkin pengelolaan kelas dapat dikembangkan baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapnya. Pengelolaan kelas yang dilakukan oeh guru berarti bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif, aetinya menciptakan suasana kelas yang dapat membuat suasana belajar mengajar menjadi efektif dan efisien.
Agus Sujudi, dan kawan-kawan (1997: 14) menjelaskan peran seorang guru dalam pengelolaan kelas dengan menyatakan:
“Susana kondusif dapat diciptakan oleh guru, proses yang benar dan evaluasi yang tepat. Persiapan yang harus dilakukan pada pokoknya satuan acara pengajaran mulai dari tujuan intruksional, materi, pemilihan metode dan teknik evaluasinya. Proses belajar mengajar yang benar adalah melaksanakan persiapan dengan diikutipemberian penguatan, pertanyaan. Dengan demikian perlu kemampuan bertanya dimiliki oleh guru. Selain itu, seni penyampaian materi termasuk dalam pemilihan media pengajaran. Paling akhir adalah melakukan evaluasi yang tepat. Pada tahap ini, guru dituntut membuat alat evalusi yang dapat mengukur prestasi siswa serta menginterprestasikannya”.
Selain kiat-kiat di atas, yang dapat dan harus dimiliki oleh seorang guru dalam pengelolaan kelas adalah masalah yang berkenaan dengan psikologi anak terutama yang menyangkut kesukaan, keantusiaasan dan rekreatif. Hal ini, sesuai dengan pendapat Afifudin yang menyatakan “Tidak boleh dilupakan dalam pengelolaan kelas yaitu prinsip kehangatan dan keantusiasan, kebervariasan dan penekanan pada hal-hal positif” (Affifudin; 1988:124)
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Pengertian Pengelolaan Kelas"
Posting Komentar