Konsep dasar model Manajemen Berbasis Sekolah atau lebih dikenal dengan sebutan MBS, yaitu suatu model manajemen strategi terapan (dalam hal ini manajemen pendidikan) yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu pendidikan atau untuk tujuan mutu sekolah sesuai dengan harapan masyarakat pada lingkungan masing-masing sekolah yang bersangkutan.
Pengalihan kewenangan dan otoritas pengambilan keputusan untuk mengolah sumber daya yang ada di tingkat sekolah seperti keuangan, kurikulum serta profesionalisme guru, yang secara konvensional dilakukan oleh Kepala Sekolah (Syaukani, 2002:54).
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. (Mulyasa2002:11).
Pemberdayaan sekolah dengan memberikan otonomi yang lebih besar, disamping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga dapat ditujukan sebagai sarana peningkatan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. (Mulyasa ,2002:13).
Pengertian mutu pendidikan secara umum adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dan barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Sedangkan dalam bidang pendidikan, pengertian mutu mencakup empat aspek, yaitu :
a. Aspek input pendidikan
b. Aspek proses belajar mengajar
c. Aspek output pendidikan
d. Aspek outcome pendidikan
Input pendidikan (masukan) dapat diartikan sesuatu yang harus ada, tersedia dan tercukupi karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses pendidikan. Adapun input pendidikan dapat disebutkan sebagai berikut: a. Input sumber daya, dan b. Input harapan-harapan dart perangkat lunak.
Adapun input sumber daya manusia mencakup: a. Kepala Sekolah, guru dan karyawan, b. Siswa atau murid, dan c. Nara sumber
Input perangkat lunak, meliputi:
a. Peraturan Perundang-undangan
b. Kurikulum
c. Struktur organisasi sekolah
d. Pembagian tugas atau diskripsi tugas
e. Rencana dan Program sekolah.
Sedangkan sumber daya selain manusia dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Dana atau keuangan
b. Sarana dan Prasarana sekolah
Sedangkan input yang berupa harapan-harapan yang direncanakan melalui visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, hal ini merupakan strategi pendidikan yang sangat bagus.
Proses pendidikan merupakan usaha untuk merubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain, sedang sesuatu dari hasil proses pendidikan disebut out put. Proses manajemen pendidikan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Proses Pengambilan keputusan
b. Proses pengelolaan kelembagaan
c. Proses pengelolaan program belajar mengajar
d. Proses evaluasi dan monitoring
Output pendidikan adalah prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses/perilaku sekolah. Adapun output pendidikan merupakan kinerja sekolah yang dapat diukur berdasarkan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Aspek kualitasnya
b. Aspek efektifitasnya
c. Aspek Produktivitasnya
d. Aspek efisiensinya
e. Aspek inovasi
f. Aspek moral kerja
g. Aspek kualitas kehidupan kerja sekolah
Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengolah sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, penyederhanaan birokrasi, peningkatan mutu diperoleh melalui manajemen sekolah yang terbuka, proses belajar yang efektif tinggi, peran serta masyarakat yang optimal, iklim sekolah yang kondusif, peningkatan kompetensi serta profesional guru.
Education in Indonesia from crisis to recovery, merekomendasikan perlunya diberikan otonomi yang besar kepada sekolah yang disertai manajemen sekolah yang bertanggung jawab (Depdikbud, l998). Otonomi yang lebih besar harus diberikan kepada kepala sekolah sesuai dengan kondisi setempat. Namun demikian, otonomi yang lebih besar harus diikuti dengan pemilihan Kepala Sekolah sesuai dengan kriteria standart kompetensinya, artinya kepala sekolah yang memiliki keterampilan dan karakteristik untuk mengelola sekolah yang bernuansa otonom.
Kepala sekolah yang berprestasi harus diberi penghargaan (reward) dan mengganti mereka yang kurang/tidak berprestasi. Kepala sekolah diberi keterampilan manajemen sekolah, dan training modular serta mengembangkan budaya kerja, budaya malu di kalangan tenaga kependidikan (Mulyasa, 2002:9).
Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui dan dikembangkan digunakan atau diterapkan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran dalam manajemen berbasis sekolah sebetulnya sudah ada sebelumnya.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran konstruktivistik
b. Pembelajaran kooperatif
c. Pembelajaran terpadu
d. Pembelajaran aktif
e. Pembelajaran kreatif
f. Pembelajaran efektif
g. Pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning)
h. Pembelajaran kontekstual
i. Pembelajaran berbasis Proyek
j. Pembelajaran berbasis masalah (problem solving)
Ditulis oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pdhttp://kabar-pendidikan.blogspot.com
Belum ada tanggapan untuk "Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)"
Posting Komentar