Pada dasarnya pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, di mana pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan agama Islam diharapkan dapat diperolah di pesantren. Adapun usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pesantren di masa kini atau masa yang akan datang tetap pada prinsip ini, artinya pesantren tetap merupakan lembaga pendidikan Islam dengan ciri-ciri khasnya meskipun ada perkembangan di dalamnya.
Sekalipun tujuan pendidikan belum secara rinci dijabarkan dalam suatu sistem yang lengkap dan konsisten, tetapi secara sistematis tujuan pendidikan di pesantren jelas menghendaki produk lulusan yang mandiri dan berakhlak baik serta bertakwa, dengan memilahkan secara tegas antara aspek pendidikan dan pengajaran yang keduanya saling mengisi. Jelasnya dimensi pendidikan dalam arti membina budi pekerti anak didik memperoleh porsi yang seimbang di samping dimensi pengajaran yang membina dan mengembangkan intelektual anak didik.
Dengan adanya keharmonisan antara dimensi pendidikan dengan dimensi pengajaran, maka tujuan pendidikan di pesantren menjadi jelas. Zamakhsyari Dhofir mengatakan bahwa: “Tujuan pendidikan di pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, membentuk sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih hati (Zamakhsari Dhofir, 1982: 21)”.
Karena tujuan pendidikan pesantren seperti itu, maka tidak heran kalau sistem yang diterapkan adalah sistem non klasikal, yaitu murid-murid dididik sesuai dengan kemampuannya dan didorong untuk terus mengembangkan diri.
Bertolak dari tujuan pendidikan di atas, maka dalam sistem pendidikan pesantren tidak dikenal adanya kelas-kelas sebagai tingkatan atau jenjang. Makin cerdas seseorang maka semakin sedikit waktu yang digunakan untuk belajar di pesantren. Bahkan di pesantren dikenal dengan santri kelana yang merupakan tradisi khas seseorang dalam mencari ilmu di pesantren yang bersifat amat individual.
Zamakhsyari Dhofir menegaskan bahwa: “Ada dua sebab yang mengakibatkan timbulnya tradisi santri kelana. Yang pertama, seorang santri berkelana dari satu pesantren ke pesantren yang lain untuk memuaskan kehausannya akan ilmu pengetahuan tanpa ia mempedulikan atau memikirkan ijazah formal. Yang kedua santri yang sangat cerdasnya hingga dalam waktu singkat ia dapat menyelesaikan suatu bidang ilmu untuk kemudian ia diberi pengantar oleh Kyai di pesantren tersebut agar berguru ke pesantren lain untuk bidang ilmu yang lain (Zamakhsari Dhofir, 1982: 30).
Tradisi santri kelana ini sekrang sudah mulai menghilang seiring dengan perubahan dan perkembangan sistem pendidikan di lingkungan pesantren yang disebabkan kebutuhan masyarakat dan kemajuan zaman. Sistem pendidikan pesantren sekarang sudah banyak menggunakan sistem klasikal atau madrasah bahkan banyak pesantren salafiyah berkembang menjadi pesantren khalafiyah atau pesantren modern.
Untuk Daftar Rujukan Silakan Klik DI SINI
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com www.arminaperdana.blogspot.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Sistem Pendidikan di Pesantren"
Posting Komentar