Jumat, 22 April 2011

Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru


Dalam manajemen berbasis sekolah (MBS), pelaksanaan program-program sekolah harus didukung oleh adanya kepemimpinan madrasah yang demokratis dan profesional. Kepala madrasah dan guru-guru sebagai pelaksana inti program madrasah merupakan orang-orang yang harus memiliki kemampuan dan integritas professional. Pelaksanaan MBS menuntut kepemimpinan kepala madrasah profesional yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan visi menjadi aksi.

Terkait dengan kinerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, salah satunya adalah faktor kepemimpinan. Mathieu dalam penelitiannya menemukan bahwa bawahan dengan kebutuhan berprestasi rendah lebih suka kepemimpinan yang direktif (yang berorientasi tugas), sementara bawahan dengan kebutuhan berprestasi tinggi menginginkan kepemimpina sportif (yang berorientasi pada hubungan antar manusia).

Banyak hasil studi yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdapat dalam sebuah organisasi merupakan faktor yang berhubungan dengan produktivitas dan efesiensi organisasi. Sutermeiter (1985) mengemukkan ada beberapa faktor determinan terhadap produktivitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe kepemimpinan (type of leadership) dan pemimpin (leader).

Hal senada juga diungkapkan Sagir (1985) menunjukkan enam faktor yang turut menetukan tingkat produktivitas, yaitu: pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat kesehatan dan tingkat upah minimal.65 Dari keenam faktor tersebut yang mendukung produktivitas tenaga kependidikan, secara eksplisit disebutkan dalam iklim kerja diuraikan pentingnya kepemimpinan kepala sekolah.

Studi yang dilakukan oleh Gilberg Austin terhadap kepala sekolah di bagian Maryland, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa:
”This research indicated that one diffrence between high and low achieving school was the impact of the principal. In higher achieving school, prinsipals exerted strong leadership, participated directly and frequently in instructional matters, had higher expectation for succes, and were oriented toward academic goal.

Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara sekolah yang berprestasi tinggi dan yang rendah disebabkan oleh adanya pengaruh kepala sekolahnya. Pada sekolah yang berprestasi tinggi, kepemimpinan kepala sekolahnya sangat berpengaruh dan seringkali kepala sekolah terlibat langsung dalam masalah pembalajaran. Kepala sekolah mempunyai harapan yang tinggi untuk sukses dan memfokuskan pada pencapaian tujuan akademik.

Beberapa riset menyimpulkan bahwa kepala sekolah memainkan peranan penting terhadap efektivitas sekolah (Walcott, 1993). Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Ruth Love dalam Edward Deroche (1996) yang menyatakan, ” I never seen a good school without a good principals”. Hal yang hampir sama dikemukakan James B. Conant dalam Edward Deroche (1996) yang menyatakan, ”the difference between a good and a poor school is often the difference between a good and a poor principals”.

Fred Fiedler (1976) menyatakan bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada pasangan yang cocok antara gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya dan tingkatan dimana keadaan memberi pengaruh serta kendali terhadap pemimpin.68 Hal ini berarti bahwa kinerja itu dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan juga situasi. Lebih lanjut Fiedler menyatakan bahwa gaya dasar kepemimpinan seseorang merupakan faktor kunci dalam kesuksesan kepemimpinannya.

Dalam penelitian Hanson (1995) sebagaimana dikutip Rudolf Kempa mengatakan bahwa perilaku kepemimpinan yang menyejukkan guru, tidak stres dalan tugas dan ramah akan membuat guru menjadi senang terhadap kepala sekolahnya, guru senang tinggal di sekolah, dan lebih penting lagi guru akan berusaha meningkatkan kinerjanya semaksimal mungkin. Guru akan merasa terpanggil hati nuraninya untuk melaksanakan tugas. Jika guru telah merasakan bahwa bekerja adalah suatu kewajiban, niscaya guru tersebut akan terpanggil untuk mendalami segala sesuatu dalam rangka peningkatan kinerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, diduga ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah, stres kerja guru dan kinerja guru.

Halpin (1971) menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah merupakan inti dari berbagai kondisi di sekolah. Artinya baik buruknya kondisi di sekolah lebih banyak ditentukan oleh perilaku kepemimpinan kepala sekolah, termasuk terbentuknya kinerja guru di sekolah.

Hasil penelitian Rifa’i (2007) yang berjudul kontribusi gaya kepemimpinan situasional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru MTs Negeri Di Kabupaten Ponorogo. Gaya kepemimpinan dalam penelitian tersebut dijabarkan menjadi gaya bercerita, gaya penjualan, gaya partisipasi dan gaya pendelegasian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Dari hasil analisis regresi membuktikan terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan (bercerita dan partisipasi), tingkat motivasi berprestasi dengan kinerja guru. Tidak terdapat hubungan yang signifikan gaya kepemimpinan (gaya menjual dan gaya pendelegasian) dengan kinerja guru. Secara simultan terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi dengan kinerja guru. Lebih lanjut Pesireron dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMA swasta di Kota Ambon.

Berdasarkan pandangan para ahli dalam temuan penelitian diatas, dapat di simpulkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan, keterampilan manajerial, dan daya tahan stres kerja. Perilaku kepemimpinan memberikan pengaruh pada kinerja guru baik langsung ataupun melalui keterampilan manajerial.


Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang


Sumber:
www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com
www.arminaperdana.blogspot.com
, http://grosirlaptop.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar