Selasa, 19 April 2011

Madrasah di Mekkah Pada Periode Pertengahan


Madrasah di Mekkah Pada Periode Pertengahan
Di dalam tradisi keilmuan Islam, madrasah-madrasah yang didirikan oleh para ulama tidak hanya sebagai institusi bagi transmisi ilmu, tetapi juga sebagai jalan utama untuk reproduksi ulama. Sampai akhir abad ke-13, madrasah-madrasah yang berdiri mejadi wahana utama bagi kebangkitan doktrin Sunni. Kebangkitan madrasah-madrasah di tempat-tempat lain di Timur Tengah dalam masa pertengahan sebenarnya amat berpengaruh terhadap kebangkitan madrasah di Haramain. Menurut sejarawan Al-Fasi Al-Makki Al-Maliki (1373-1428 M), madrasah pertama di Mekkah adalah madrasah Al-Ursufiyah yang didirikan pada 1175 oleh Afif Abdullah Muhammad Al-Ursufi (w. 1196 M). Setelah ini kemudian muncul madrasah-madrasah yang lain dengan berbagai ragam khazanah keilmuan yang diterapkan sebagai kurikulumnya.
Ciri terpenting madrasah-madrasah di Mekkah adalah bahwa hampir seluruh madrasah itu dibangun oleh penguasa-penguasa atau dermawan non-Hijazi. Hanya satu madrasah, yakni madrasah Al-Syarif Al-Ajlan yang dibangun penguasa Mekkah, Ajlan Abu Syari’ah (1344-1375 M). sedangkan yang terbanyak mendirikan madrasah di Mekkah adalah penguasa Usmani, mereka membangun 5 madrasah, yaitu 4 dibangun oleh sultan Sulaiman Al-Qanuni dan 1 lagi dibangun oleh sultan Murad (1574-1595 M). selanjutnya penguasa dan para pejabat Abbasiyah membangun 4 madrasah. Sementara yang lain penguasa-penguasa Mamluk dan Yaman serta penguasa muslim India.

Kebangkitan Madrasah di Mekkah Periode Pertengahan
Sebenarnya, kebangkitan madrasah-madrasah di Mekkah sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor penting yang tidak hanya bersifat keagamaan, tetapi juga politik, ekonomi dan sosial. Perlu diingat kembali bahwa pelucutan dinasti Abbasiyah sejak abad ke-9 mengakibatkan situasi politik di Haramain, khususnya di Hijaz memburuk secara drastis. Pada awal abad ke-10 kaum Syi’iy muncul ke panggung politik dan menguasai hampir seluruh jazirah Timur Tengah. Dinasti Fathimiyah malang melintang di Mesir dan Afrika Utara, sementara Dinasti Buwaihiyah menguasai Irak, Iran dan bahkan mendikte khalifah Sunni di Bagdad. Meskipun para penguasa Sunni jarang memaksakan pandangan keagamaan mereka kepada warga Sunni mayoritas, tetapi kejayaan politik Syi’iy tak ragu lagi merupakan pukulan moral bagi kaum Sunni.

Pengalaman Hijaz dalam berhadapan dengan kekuasaan dan kekuatan Syi’iy lain dengan pengalaman Mesir. Berbeda dengan Syi’ah Fathimiyah yang relatif toleran di Mesir, Hijaz harus berhadapan dengan Syi’iy Qarmathiyah. Penyebaran kelompok sempalan Syi’ah ini dari Bahrain ke Arabia Barat terbukti mendatangkan bencana bagi Hijaz. Pada 929 M, di pimpin oleh Thahir Al-Qarmathi, kaum Syi’ah Qarmathiyah menyerbu Mekkah dan membunuh 30.000 jamaah haji dan penduduk setempat. Setelah menjarah Mekkah mereka kemudian melarikan baru hitam (Hajar Aswad) ke Hijr, markas mereka di Arabia Barat. Batu hitam ini baru dikembalikan 22 tahun kemudian ketika Mansur Al-Alawi, pemimpin Qarmathiyah Afrika Utara berhasil membujuk mereka agar mengembalikan ke Ka’bah.

Penjarahan Qarmathiyah juga mengakibatkan dampak negatif substansial bagi Haramain. Perjalanan haji misalnya, terganggu dan bahkan terhenti sama sekali. Sejarawan Al-Fasi mengemukakan beberapa contoh kafilah haji yang terpaksa kembali ke negara asal mereka. Hal ini diperparah lagi dengan perpecahan pemerintah Haramain sendrii yang justru tidak memperjuangklan kestabilan keamanan dalam negeri, tetapi malah bertarung memperebutkan kekuasaan antara mereka.

Kekacauan politik Hijaz menimbulkan dampak-dampak mendalam atas kehidupan ekonomi, sosial dan pendidikan. As-Sibai misalnya menyatakan bahwa selama masa kegalauan ini kegiatan perekonomian terhenti, pendidikan dan aktifitas masyarakat tidak dapat berjalan normal. Fungsi Haramain sebagai pusat pendidikan Islam juga mengalami kemerosotan. Pendidikan semakin terbatas pada Masjidil Haram dan Masjid Nabawi saja. Lebih jauh jumlah penuntut ilmu kelihatan menurun drastis. Antusiasme jamaah haji non-Hijazi untuk tinggal lebih lama di tanah suci seusai musim haji tampaknya semakin berkurang. As-Siba’i mengakui berlanjutnya kegiatan keilmuan di kedua masjid suci selama masa-masa sulit ini, tetapi mereka yang terlibat dalam wacana intelektual keagamaan terbatas pada penduduk lokal.
Namun situasi mulai berubah menjelang abad ke-11 ketika kaum Sunni meraih kembali kontrol politik atas kebanyakan wilayah Timur. Penguasa-penguasa Sunni seperti Ghaznawi di Transoxania, Saljuk di Syria dan Irak, dan Ayyub di Mesir dan Yaman. Mereka berhasil membendung gerakan Syi’ah. Mereka berhasil menjalankan kebijakan kembali kepada ortodoksi Sunni, terutama di Haramain. Hasilnya, para ulama Sunni Hijaz yang mengembara ke berbagai daerah selama masa sulit, terdorong untuk kembali ke negeri asalnya dan mulai membangun pendidikan di tanah suci tersebut. Sehingga madrasah-madrasah yang berdiri pada masa berikutnya selain sebagai sarana untuk mentransmisikan khazanah keilmuan Islam, juga sebagai benteng kaum Sunni dari penyebaran paham dan doktrin Syi’ah.

B. Madrasah-madrasah Di Mekkah Periode Pertengahan
Pada periode ini, terdapat setidaknya 23 madrasah yang dikenal luas di Mekkah. Berikut penulis sebutkan tahun berdirinya, pendirinya, lokasi serta masa pemerintahan yang berperan dalam mendirikan madrasah-madrasah tersebut.
1. Madrasah al-Arsufi (1175-1176 M)
Ini adalah madrasah yang paling tua yang berdiri di Mekkah, yang berdiri kira-kira pada tahun 1175 M. madrasah ini bertempat di sekitar bab al-Umra, salah satu pintu gerbang Masjidil Haram yang terletak pada arah timur laut. Madrasah ini mempunyai ribat yang disebut ribat Abi Ruqaibah. Setahun sebelum Afif Al-Ursufi mendirikan sebuah madrasah di Kairo. Literatur lain menyebutkan bahwa sejak pembangunan madrasah Al-Ursufiyah hingga awal abad ke-17 terdapat setidaknya 19 madrasah di Mekkah.
Adapun pendiri madrasah ini adalah Al-Afif Abdullah Muhammad Al-Arsufi, seorang berkebangsaan Syria, ia pernah menuntut ilmu di Mesir, dan meninggal pada tahun 1197 M. Al-Arsufi dikenal sebagai seorang ulama yang berjuang untuk Islam di Mesir dan Hijaz.

2. Madrasah Amir al-Zanjili (1183-1184 M)
Dengan mengambil lokasi yang tidak jauh dengan Bab al-Umra, madrasah al-Zanjili adalah madrasah yang didedikasikan untuk mengajarkan dan mengembangkan keilmuan madzhab Hanafi, dan diformulasikan sebagai sarana untuk mengajarkan hukum-hukum Islam. Madrasah ini didirikan oleh seorang syeikh Mekkah bernama Amir Fakhruddin Usman bin Ali Al-Zanjili. Ia diangkat sebagai Gubernur di Aden oleh dinasti Ayyubiyah pada saat Salahuddin Al-Ayyubi menaklukkan Hijaz. Al-Zanjili meninggal di Damaskus pada tahun 1187 M. Madrasah ini juga dikenal sebagai Dar al-Silsilah.

3. Madrasah Tab al-Zaman al-Habasiyah (1184 M)
Madrasah ini didirikan oleh seorang wanita dari dinasti Abbasiyah, pada tahun 1184 M. pada tahun tersebut ia mendirikan madrasah tersebut untuk mengajarkan sepuluh orang siswa tentang fiqih Syafi’i. madrasah ini dibangun di dekat monumen Zubaidah, istri dari Harun Ar-Rasyid, yang terletak di sebelah barat daya dari masjidil Haram.

4. Madrasah Muzaffar al-Din (1208-1289 M)
Madrasah ini hanya diketahui melalui data arkeologi yang terdapat pada museum di masjid besar Mekkah. Tidak ditemukan sumber literatur yang dapat mendeskripsikan madrasah ini. Madrasah ini didirikan pada tahun 1208 M oleh Muzaffar al-Din, seorang penguasa di kota Arbil, sebuah kota besar di Iraq. Al-Malik al-Mu’azzam Muzaffar al-Din Kukaburi telah diamanati untuk memegang kontrol pemerintahan di kota Irbil oleh kesultanan Ayyubiyah pada tahun 1190 M. Dia telah membangun banyak sekali fasilitas umum, terutama dalam bidang pendidikan, dan salah satunya adalah madrasah ini. Ia meninggal pada tahun 1233 M.

5. Madrasah al-Nihawandi (1231-1426 M)
Dalam bukunya Sifa’ al-Gharam, Al-Fasi menjelaskan bahwa madrasah ini berlokasi di sekitar al-Duraybi, sebelah utara masjidil Haram. Sejarawan memperkirakan madrasah ini mampu bertahan hingga 200 tahun. Madrasah ini didirikan oleh seorang ulama dari Iran, tepatnya dari kota Nihawand.

6. Madrasah Abu Ali bin Abi Zakariya (1237-1238 M)
Didirikan pada tahun 1237 M, madrasah ini berdekatan dengan madrasah Mujahidiyah di sepanjang bagian selatan dari masjid besar al-Haram. Al-fasi yang mengumpulkan data yang dihimpunnya dari penelitian prasasti yang dipelajarinya, menjelaskan bahwa Abu Ali bin Abi Zakariya telah digambarkan sebagai sosok Imam yang Syahid.

7. Madrasah Ibnu Al-Haddad al-Mahdawi (1240 M)
Pada sisi sebelah barat dari masjidil Haram, Abdul Haq bin Abdul Rahman bin Al-Haddad Al-Mahdawi mendirikan sebuah madrasah yang tertutup oleh sekolah yang didirikan oleh Arsufi. Madrasah ini memfokuskan perkuliahan pada fiqih-fiqih madzhab Maliki, tidak ada yang mengetahui mengenai jati diri pendiri madrasah ini kecuali bahwa ia adalah seorang syeikh yang shaleh, terpercaya dan teguh pendirian.

8. Madrasah Amir Fakhr al-Din al-Shallah (1242-1249 M)
Fakhr al-Din al-Shallah adalah seorang dari dinasti Mamluk yang keturunan Malik Al-Mansur Umar bin Ali, pendiri dinasti Rasulid di Yaman. Ia mengabdi sebagai Gubernur di Mekkah dari tahun 1242-1249 M, selama masa tersebut, kota suci berada pada kekuasaan dinasti Rasulid.
Hanya sedikit yang dapat diketahui dari madrasah ini, selain bahwa madrasah ini terletak di sebelah barat masjidil Haram, mengajarkan fiqih madzhab Syafi’i dan hadis Nabawi. Ayah As-Shallah juga turut ambil bagian dalam memajukan madrasah ini, terutama dengan banyak memberi bantuan dana pendidikan.

9. Madrasah Malik Al-Mansur (1243-1244 M)
Madrasah ini didirikan oleh Malik Al-Mansur Umar bin Ali bin Rasul pada tahun 1243 M. terletak di sebelah barat dari masjid besar, berdekatan dengan Bab al-Umra dan madrasah al-Zanjili. Fiqih madzhab Syafi’i dan studi hadis Nabawi menjadi kurikulum pada institusi ini. Meskipun menurut catatan Al-Fasi, pembelajaran hadis pada madrasah ini telah dimulai sejak putra Al-Mansur, yakni Malik Al-Muzaffar.

Madrasah ini dipelihara oleh dua dinasti sekaligus, yaitu dinasti Ayyubiyah dan Mamluk di Mesir, juga dinasti Rasulid di Yaman. Madrasah ini banyak dijadikan tempat belajar para peziarah dari Afrika Utara selama mereka berada di Mekkah.

10. Madrasah Malik Al-Muzaffar (1249-1295)
Ibnu Bathutha adalah penulis abad pertengahan yang menyebutkan nama madrasah ini. Madrasah ini didirikan oleh sultan kedua dinasti Rasulid, yaitu Malik al-Muzaffar Yusuf bin Umar. Sayangnya, tidak ditemukan data yang menjelaskan mengenai kurikulum yang diterapkan dan fasilitas yang disediakan untuk para siswa pada madrasah ini. Yang jelas, madrasah ini terletak di bagian luar Bab al-Umra.

11. Madrasah Arghun Shah al-Nasiri (1320-1321 M)
Amir Arghun Shah adalah perwakilan pertama dari dinasti Mamluk yang mempelopori berdirinya universitas di Mekkah. Sebenarnya ia adalah salah seorang pejabat sultan Mamluk yang mengabdi sebagai wakil Gubernur Mesir selama 16 tahun, dan di Aleppo selama 4 tahun. Kemudian ia meminta izin untuk mengajar hukum Islam dan memberi fatwa di Mekkah. Kemampuannya dalam bidang hukum Islam adalah sehebat kedudukannya di pemerintahan Mamluk.
Menurut data Al-Fasi, madrasah Arghun ini berdiri pada tahun 1320 M, yang berlokasi di sisi utara Masjidil Haram berdekatan dengan makam sahabat besar Nabi, Abdullah bin Zubair, yang disebut dengan Dar al-Ajala. Madrasah ini menerapkan ajaran fiqih madzhab Hanafi sebagai kurikulum yang diajarkan. Madrasah ini juga mendapatkan pengawasan secara khusus dari lembaga peradilan dan fatwa yang bermadzhab Hanafi di Kairo.

12. Madrasah Malik Al-Mujahid (1338-1339 M)
Pada tahun 1338 M, sultan Rasulid dari Yaman, Malik al-Mujahid Ali bin Daud (1322-1363 M) mendirikan sebuah madrasah di sebelah selatan dinding masjidil Haram. Dari situ maka kemudian pintu Masjidil Haram yang yang bernama Bab al-Rahmah, justru terkenal dengan sebutah Bab al-Mujahidiyyah. Hukum Islam madzhab Syafi’i menjadi kurikulum yang diajarkan di madrasah tersebut.

13. Madrasah Malik al-Afdhal Abbas (1366-1367 M)
Sultan Rasulid, Malik al-Afdhal Abbas (1364-1376 M) mendirikan sebuah madrasah di sebelah timur gerbang utama Masjidil Haram. Konsentrasi yang diajarkan adalah fiqih Syafi’i. pembelajaran dilakukan dengan menggaji seorang syeikh atau profesor hukum madzhab Syafi’i, dan didampingi oleh seorang asistennya. Selain itu, madrasah ini memfokuskan kurikulumnya pada pengajaran ilmu-ilmu al-Qur’an dan pendalaman bagi seorang Imam.

14. Madrasah Ajlan bin Rumaytha (sekitar pertengahan abad 18)
Sejak berdirinya dinasti Hasanid di Mekkah pada pertengahan abad ke-empat belas, beberapa daerah bagian dari kekuasaan Hasanid sukses dalam memerintah wilayah Emirat, sehingga madzhab Syi’ah Zaidiyah berhasil menguasai wilayah di sekitarnya. Hal inilah tampaknya yang menyebabkan tidak berdirinya madrasah-madrasah di Mekkah selama periode tersebut. Yang bisa disaksikan adalah lembaga pendidikan pada masa itu hanya bertumpu pada beberapa sekolah hukum Islam yang beraliran Sunni.

Pada waktu itulah, seorang penguasa Mekkah yang bermadzhab Syafi’i, yaitu Ajlan bin Rumaytha , dengan dibantu saudaranya yang bernama Thabaqa dan anaknya yang bernama Ahmad, mendirikan sebuah madrasah yang pada awalnya dimaksudkan untuk melawan perkembangan ajaran Syi’ah Zaidiyah. Madrasah ini eksis pada tahun 1345-1375 M. Namun sayangnya, antara tahun itu madrasah Ajlan justru mendapat saingan yang kuat dari para penerus madrasah Mujahidiyahdi bagian selatan pintu utama Masjidil Haram.

15. Madrasah Sharif Jar Allah (1387-1388 M)
Pada tahun 1387-1388 M Syarif Abu Munif Jar Allah bin Hamzah bin Rajih bin Abi Numay mendirikan sebuah madrasah disepanjang tembok sebelah utara Masjid Besar, berdekatan dengan Dar al-Ajala. Menurut sejarahnya, madrasah ini pernah digunakan sebagai kontrol politik emirat atas kota Mekkah.

16. Madrasah Sharif Hasan bin Ajlan (sebelum tahun 1400 M)
Madrasah ini didirikan oleh Sharif Hasan bin Ajlan, dan beraktivitas sekitar tahun 1395 hingga 1400 M. Dalam literatur yang ditulis oleh Umar Fahd, Hasan bin Ajlan mendirikan madrasah ini setelah penaklukkan Emirat atas kota suci Mekkah, selama beberapa tahun lamanya.

17. Madrasah Bangaliya (1410-1411 M)
Madrasah atau universitas yang pertama kali – dari tiga universitas – yang didirikan oleh muslim India adalah madrasah Bangaliya. Madrasah ini didirikan oleh sultan besar kesultanan Ilyas Shah di Bengal, yang bernama Ghiyath al-Din Abu al-Muzaffar Azam Shah (1390-1411 M). Dia adalah orang pertama yang membangun model pembelajaran tingkat perguruan tinggi pertama pada masa awal berdirinya.

Madrasah ini mengajarkan ajaran keempat madzhab sekaligus sebagai kurikulumnya. Adapun pengajar madzhab Syafi’i adalah Jamaluddin Muhammad bin Abdullah bin Zahira (1350-1414 M). Sedangkan pengajar dari madzhab Hanafi adalah Syihabuddin Ahmad Al-Diya (1348-1422 M), seorang ulama berkebangsaan India. Kemudian pengajar madzhab Maliki adalah Taqiuddin Muhammad bin Ahmad Al-Fasi (1373-1429 M), seorang ahli sejarah Mekah. Dan pengajar madzhab Hambali adalah Sirajuddin Abdul Latif bin Abi Fath Muhammad bin Ahmad Al-Hasani Al-Fasi (1377-1449 M), seorang hakim dan ahli hukum bermadzhab Hambali di Mekkah.

Selain membangun madrasah di Mekkah, sultan ini juga mendirikan sebuah madrasah di Madinah. Sultan membangun madrasah di Madinah lengkap dengan ribatnya. Madrasah A’zham Syah di Madinah, yang dibangun pada waktu hampir bersamaan dengan madrasah di Mekkah, terletak di dekat kawasan Bab Al-Salam, Masjid Nabawi.

18. Madrasah Gulbargiyya (1427-1428 M)
Madrasah ini didirikan oleh sultan Gulbarga dari India, yaitu Shihabuddin Abu Al-Maghazi Ahmad Shah (1422-1436 M). Syeikh yang mengajar di madrasah ini yang terkenal adalah syeikh Jalaluddin Abdul Wahid Al-Mursidi, seorang pengikut madzhab Hanafi dan guru tata bahasa Arab. Pelajaran yang diajarkan pada madrasah ini adalah tafsir al-Qur’an, hukum Islam dan tata bahasa Arab. Apa yang diajarkan di madrasah ini berdasarkan instruksi langsung dari sultan Gulbargiyah di India.

19. Madrasah Basitiyah (1431-1432 M)
Sebenarnya madrasah ini adalah kelanjutan dari madrasah Amir Arghun Shah yang kemudian dikonstrusi oleh Abdul Basith. Proses renovasi yang dimulai pada tahun 1431-1432 M, telah berhasil diselesaikan pada tahun berikutnya. Syeikh besar bermadzhab Syafi’i yang bernama syeikh Jalaluddin Abu Sa’adat Muhammad bin Zahra, adalah orang pertama yang menjadi guru pada madrasah tersebut.

20. Madrasah Zimamiyah (1431-1432 M)
Madrasah Zimamiyah didirikan pada tahun 1431-1432 M, oleh Amir Khusqadam bin Abdullah Al-Zahiri, seorang hakim kesultanan Mamluk. Pada mulanya madrasah Khusqadam adalah sebuah universitas yang didirikan oleh Sharif Jar Allah pada tahun 1387 M yang mengambil tempat di sebelah utara gerbang masjid besar. Seorang pakar sejarah Mekkah, Najmuddin Umar bin Fahd menggambarkan madrasah ini sebagai tempat orang-orang miskin dan para sufi berkumpul untuk mengkaji dan mendalami al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama, setiap sore hari mereka berkumpul di madrasah ini.

21. Madrasah Utaifiyah (1456-1457 M)
Pendirinya adalah Zainab bin Badruddin Hasan bin Khasbak, seorang permaisuri kesultanan Mamluk (1453-1461 M). Sangat disayangkan sumber literatur yang ada tidak banyak menggambarkan latar belakang madrasah ini.

22. Madrasah Sultan Cambay (1461-1462 M)
Pendirinya adalah Ghiyath al-Din Muhammad Shah, seorang sultan Cambay di India. Madrasah ini selain mendidik banyak murid dalam bidang tasawuf, juga mengajarkan khazanah keilmuan madzhab Hanafi. Penataan siswa pada madrasah ini juga dilakukan secara lebih teratur. Ada yang pengajaran dilakukan setelah shalat asar, ada juga yang dilakukan setiap hari. Ada kelas untuk siswa-siswa yang tidak punya, ada juga kelas untuk siswa yang memiliki cukup bekal untuk belajar.

23. Madrasah Sultan Qa’itbay (1480 M)
Madrasah ini didirikan oleh sulta Mamluk yang bernama Malik Al-Ashraf Qa’itbay, yaitu ketika ia mengutus wakilnya ke Hijaz yang bernama Syamsuddin Muhammad bin Umar bin Al-Zaman. Ibnu Al-Zaman dalam pendirian madrasah ini memilih tempat di sebelah timur Masjidil Haram. Madrasah ini memiliki satu ruang besar untuk kuliah umum, 72 ruang kelas untuk guru dan murid, dan 4 perpustakaan untuk masing-masing madzhab Sunni.

Madrasah Qa’itbay pada umumnya terkenal dengan nama Ashrafiyah setelah sultan Malik Al-Ashraff membangun ribat Al-Maraghi tidak jauh dari lokasi madrasah tersebut. Sebagaimana madrasah Bangaliyah, madrasah ini juga mengajarkan keilmuan empat madzhab terutama dalam bidang hukum Islam. Madrasah yang megah ini mengalami kerusakan dalam 70 tahun. Akhirnya madrasah ini dijual dan dijadikan asrama jamaah haji dari Mesir. Namun kemudian pada pertengahan abad ke-19 M, Hasyib Pasya mengembalikan kompleks bangunan Qa’itbay ini kepada fungsinya semula sebagai madrasah, dengan mewaqafkan sejumlah besar dana.

C. Penutup
Sebenarnya kebanyakan madrasah di Mekkah cukup rapuh dari segi keuangan. Ini karena mereka hampir sepenuhnya tergantung pada waqaf, yang kebanyakan diberikan oleh para penguasa dan dermawan non-Hijazi. Seringkali madrasah terlantar karena kurangnya bantuan waqaf yang kontinyu atau lemahnya pengawasan. Meskipun sejak masa Turki usmani waqaf telah dikelola oleh pemerintah Usmani, namun penyimpangan dan salah urus harta waqaf merupakan hal yang biasa terjadi. Tak terelakkan lagi, ini mengakibatkan ambruknya pengelolaan waqaf, dan konsekwensinya adalah kemunduran bahkan penutupan madrasah itu yang terjadi. Karenanya, meskipun terdapat banyak madrasah, kebanyakan ulama Haramain lebih senang mengafiliasikan diri dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang jauh lebih aman secara finansial. Sebab itu pula mereka lebih banyak melakukan kegiatan pengajaran di masjid-masjid ini daripada di madrasah-madrasah.


Daftar Pustaka:
1. Al-Fasi, Taqiyuddin. Al-Iqd Al-Tsamin fi Tarikh Al-Balad Al-Amin, Mathba’at Al-Muhammadiyah, Kairo, t.th.
2. ---------------------------. Syifa’ Al-Gharam bi Akhbar Al-Balad Al-Haram, Maktabah An-NahdhahAl-Haditsah, Mekkah, Jilid 2,1965.
3. As-Siba’i, Musthafa. Tarikh Mekkah, Al-Matba’ah As-Salafiyah, Kairo, 1959.
4. Azra, Azumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad xvii dan xviii, Mizan, Bandung, 1995.
5. Mortel, Richard T. Madrasas in Mecca during the medieval period: a descriptive study based on literary sources. King Saud Uniyersity, Riyadh, 1997.


Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang


Sumber:
www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com
www.arminaperdana.blogspot.com
, http://grosirlaptop.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar