Kelompok bermain merupakan salah satu bentuk program pendidikan prasekolah pada jalur pendidikan nonformal yang diselenggarakan bagi anak-anak dini usia. Program pendidikan pada jalur ini dilaksanakan sebagai upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
1. Tujuan Pembelajaran Kelompok Bermain
Tujuan pembelajaran di kelompok bermain tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional itu sendiri yakni: Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedangkan tujuan pendidikan Prasekolah itu sendiri adalah:
Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pembelajaran kelompok bermain menurut Dinas pendidikan dan kebudayaan dibagi menjadi dua yaitu:
1). Tujuan Umum:
Yaitu mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya termasuk siap mengikuti pendidikan dasar.
2). Tujuan Khusus:
Secara khusus kegiatan pendidikan di kelompok bermain bertujuan agar:
a) Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan tuhan dan mencintai sesama.
b) Anak mampu mengelola ketrampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, dan gerakan kasar serta menerima rangsangan sensorik (pancaindera).
c) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bemanfaat untuk berfikir dan belajar.
d) Anak mampu berfikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
e) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial dan budaya. Serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri, dan rasa memiliki.
f) Anak memiliki kepekaan terhadap irama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif.
2. Materi Kegiatan Pembelajaran Kelompok Bermain.
Materi pelajaran yang dijadikan bahan belajar di kelompok bermain harus valid, signifikan, dan bermakna atau sesuai tahap perkembangan intelektual anak. Seorang pamong belajar hendaknya selalu mengaitkan kegiatan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak dengan melaksanakannya melalui kegiatan bermain. Jadi pekerjaan bertumpu pada perhatian anak, bukan dari isi programnya saja. Disamping itu materi pembelajaran harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak yang bersangkutan. Untuk itu kegiatan pengembangan yang dilaksanakan hendaknya bersifat integratif.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa materi atau bahan pelajaran proses belajar mengajar yang baik untuk pendidikan prasekolah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Bahan atau topik kegiatan antara satu dengan yang lain (bahan dari bidang pengembangan berkaitan satu dengan yang lain) atau diberikan secara utuh dan terpadu (integratif)
2) Materi yang diberikan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual anak
3) Kegiatan yang diberikan dikaitkan dengan kebutuhan, minat, kemampuan anak dan ciri setiap anak
4) Topik kegiatan diberikan bukan dari materi program saja, tetapi bertumpu pada perhatian anak
3. Metode Pembelajaran di Kelompok Bermain
Metode pengajaran ialah cara penyampaian bahan pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, metode pengajaran adalah suatu cara yang dipilih dan dilakukan guru ketika beriteraksi dengan anak didiknya dalam upaya memyampaikan bahan pengajaran tertentu. Agar bahan pengajaran tersebut mudah dicerna, sesuai tujuan pembelajaran yang ditargetkan.
Berbagai macam metode pengajaran itu antara lain metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, driil/latihan, pemberian tugas, kerja kelompok, eksperimen, sosiodrama, karyawisata dan lain-lain.
Untuk kegiatan belajar mengajar di kelompok bermain hanya sejumlah metode tertentu saja yang mungkin dapat diterapakan menginggat usia anak yang masih dini. Metode pengajaranpun harus dilandasi oleh prinsip “bermain sambil belajar” atau belajar sambil bermain”. Oleh karenanya, penerapan metode-metode tersebut perlu disertai dengan kiat-kiat khusus berdasarkan pengalaman dan pengamatan guru yang bersangkutan. Salah satu kemungkinannya adalah dengan cara memadukan sejumlah metode dalam satu kali pertemuan atau divariasi dengan pendekatan tersendiri yaitu bermain, bercerita dan bernyanyi.
Sedangkan menurut Abdullah Nasih Ulwan dalam Al-Qur,an dan Hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang berpengaruh terhadap anak, metode-metode tersebut antara lain :
1) Pendidikan dengan keteladanan
Metode keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Sebab pendidik adalah contoh paling ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak. Jika seoarang pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, pemberani, dan tidak berbuat maksiat, maka kemungkinan besar anak didiknya akan tumbuh dengan sifat-sifat mulia itu juga.
Allah mengutus Nabi Muhamad Saw, untuk menjadi panutan yang baik bagi umat Islam sepanjang sejarah, dan bagi seluruh umat manusia, disetiap masa dan tempat. Beliau bagaikan lampu terang dan penunjuk jalan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (Al-Ahzab: 21)
2) Pendidikan adat kebiasaan
Metode adat kebiasaan dapat digunakan dalam mengembangkan keberagamaan anak. Diantara masalah-masalah yang diakui dan ditetapkan dalam syariat Islam adalah, bahwa pada awal penciptaannya seseorang anak itu dalam keadaan suci sebagaimana sabda Nabi Saw:
Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a: Rasulullah Saw. Bersabda : “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci. Oleh karena itu, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”.
Seorang anak yang memperoleh pendidikan yang baik dan mempunyai orang tua dan guru-guru yang saleh, hidup dilingkungan dan teman-teman yang saleh serta beriman pada Allah maka kemungkinan besar ia akan terdidik, beriman dan bertakwa, serta akan terbiasa bertatakrama, bermoral baik dan akan mempunyai kebiasaan yang mulia dalam hidupnya.
3) Pendidikan dengan nasehat
Metode nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat, menghiasinya dengan moral yang baik, dan mengajarinya tentang prinsip-prinsip Islam. Maka tidak heran jika kita mendapati Al-Qur’an mengunakan metode ini dan berbicara kepada jiwa dengan nasehat.
Berikut ini sebagai contoh pengunaan metode nasehat. Allah berfirman dalam surat Luqman:
Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Al-Luqman: 13).
4. Sarana dan Alat Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan efektif jika didukung oleh sarana dan sumber belajar yang memadai. Dengan adanya sarana dan sumber belajar yang memadai akan memberi kemudahan bagi guru untuk menerapkan metode pengajaran yang diprogramkan. Selain itu anak merasa senang dan akan terkondisikan dengan baik.
Sarana yng diperlukan di kelompok bermain terdiri dari sarana belajar dan sarana bermain, termasuk alat permainan yang sesuai dan mendukung keberhasilan pengajaran.
1) Sarana belajar
Yang dimaksud dengan sarana belajar adalah segala benda atau alat pendukung yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Wujudnya adalah berupa buku-buku, alat peraga, perangkat elektronik dan lain-lain.
2) Sarana bermain dan alat permainan
Sarana bermain dan alat permainan adalah merupakan bagian tak terpisahkan dari sarana belajar di kelompok bermain. Hal ini mengacu pada pertimbangan psikologi bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan kata lain bahwa bermain adalah kebutuhan alami bagi anak-anak. Berpatokan pada prinsip “bermain sambil belajar” atau “belajar seraya bermain”, hal ini menunjukkan bahwa pengadaan sarana bermain berikut alat-alat permainannya hendaklah dilandasi dengan pertimbangan bahwa sarana dan alat permainan tersebut dapat difungsikan sebagai media pendidikan dan media pengajaran.
5. Evaluasi dalam Pembelajaran di Kelompok Bermain
Evaluasi atau penilaian ialah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka memperoleh data tentang perkembangan, perubahan dan kemajuan anak didik melalui proses belajar mengajar yang mereka lakukan. Evaluasi ini dilakukan oleh guru secara berkesinambungan dengan mengunakan cara-cara yang efektif dan efisien.
Ruang lingkup evaluasi bersifat menyeluruh yaitu meliputi semua aspek pendidikan. Aspek pendidikan yang dimaksud adalah aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap dan prilaku (afektif) dan aspek ketrampilan (psikomotor).
Pada anak usia dini evaluasi tidak bisa dilakukan hanya sekali saja sebab anak yang ditanya sesuatu dan tidak bisa menjawab pada waktu itu belum tentu atau tidak bisa dijadikan ukuran kalau anak tersebut tidak bisa.
Dalam kelompok bermain evaluasi atau penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pengamatan dan pencatatan anekdot. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan sikap anak yang dilakukan dengan mengamati tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus, sedangkan pencatatan anekdot merupakan sekumpulan catatan tentang sikap dan prilaku anak dalam situasi tertentu.
Berbagai alat penilaian yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perkembangan kemampuan dan prilaku anak, antara lain:
1) Portofolio yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapat menggambarkan sejauh mana ketrampilan anak berkembang.
2) Unjuk kerja (performance) merupakan penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang diamati, misalnya praktek menyanyi, olah raga dan memperagakan sesuatu.
3) Penugasan (project) merupakan tugas yang harus dikerjakan anak yang memerlukan waktu relatif lama dalam pengerjaannya. Misalnya melakukan percobaan menanam biji.
4) Hasil karya (product) merupakan hasil kerja anak setelah melakukan suatu kegiatan.
Rujukan:
1. UU RI No. 20 Th. 2003. Op. Cit, Hal 4.
2. Syamsudin MZ, Panduan Kurikulum Dan Pengajaran TamanKanak-Kanak Al-Qur’an, Surabaya: LPPTKA BKPAMI Pusat, 2004, Hal 57-69.
3. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid 2, Jakarta: Pustaka Amani, 1999, hal 141.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, www.kmp-malang.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kegiatan Pembelajaran Dalam Kelompok Bermain"
Posting Komentar