Di dalam Qolbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati tentang salah-benar, baik buruk serta berbagai keputusan yang harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga kualitas Qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka bumi, ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina. Untuk itu perlu upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan Qolbu, yaitu dengan cara penyucian jiwa (Tazkiyah An Nafs) yang berarti menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, sesudah membersihkannya dari sifat-sifat tercela.
Dengan kata lain diri dibersihkan dari kotoran dan kerusakannya diubah menjadi An Nafs Al Lawwamah (jiwa yang mencela) dan akhirnya menjadi An Nafs Al Muthma’innah. Selanjutnya adalah dengan cara menghapus kecintaan terhadap dunia serta menghilangkan segenap kesedihan, kedukaan dan kekhawatiran atas segala sesuatu yang tidak berguna yaitu dengan cara senantiasa dan terus menerus mengingat Allah (Dzikrullah).
Adapun upaya lain yang dapat dilakukan untuk pencerahan Qolbu adalah, antara lain :
1. Biasakan sekuat daya untuk melakukan pembersihan atau pelurusan Qalbu.
2. Senantiasa berkemauan kuat untuk meningkatkan kemampuan (keprofesionalan) diri dalam bidang apapun. (Valiuddin, 2000 : 225)
Realisasi kunci pertama dilakukan dengan berusaha untuk introspeksi (penilaian) diri dengan tekad untuk memperbaiki diri. Penilaian diri dimulai dari lingkungan yang terkecil seperti keluarga. Setelah lingkungan keluarga, penilaian diri diperluas ke saudara-saudara terdekat dan kemudian orang-orang di sekitar kita. Yakinlah bahwa semakin diri dapat dibuat terbuka, dapat menerima kritikan dengan keikhlasan, Insya Allah perkembangan kemampuan diri akan semakin baik. Untuk pembersihan hati ada lima tahap yang perlu ditempuh, antara lain :
1. Adanya tekad kuat untuk memahami dan memperbaiki diri serta membersihkan hati.
2. Memiliki “ilmu” mengenai pemahaman atau pengenalan diri. Sebab seseorang dapat membersihkan hati melalui perbaikan diri secara kontinu jika telah menyadari keadaan dirinya.
3. Menafakuri diri sendiri melalui evaluasi diri dengan bekal ilmu (tentang pengendalian diri) yang dimilikinya.
4. Proses mengevaluasi diri perlu untuk diperluas. Dengan kata lain, evaluasi diri dibicarakan secara terbuka dan bersama-sama sehingga proses pembersihan Qalbu semakin efektif.
5. Berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bagaimana diri mau belajar dari diri orang lain. (Gymnastiar, 2002 : 235 – 239)
Sedangkan untuk kunci yang kedua diperlukan adanya kejujuran sebagai modal dasar untuk membentuk jiwa yang tangguh, penuh dedikasi dan disiplin dalam menjalankan kerja sehari-hari (Gymnastiar, 2002 : 2). Manajemen Qalbu tidak hanya membentuk manusia yang ahli dzikir dan ahli fikir tetapi juga manusia yang ahli ikhtiar. Hal ini akan berkaitan dengan amal nyata dan karya nyata melalui proses pelatihan bidang untuk peningkatan kualitas keprofesionalan (Gymnastiar, 2002 : 106 – 108)
Adapun bentuk pelaksanaan Manajemen Qolbu yang bersifat kelompok, dilaksanakan dengan sistem ta’lim yang dibagi ke dalam beberapa kelompok lain. Materi yang diberikan bertendensi kepada pembentukan akhlak seperti ; kesabaran, kejujuran, keteladanan. Ayat-ayat dan hadits-hadits pendukung juga disiapkan dalam materi tersebut. Ada tiga materi pokok yang terkait dengan Manajemen Qolbu yaitu keutamaan hati, mengenal potensi manusia dan potensi diri sendiri serta pengenalan diri (Gymnastiar, 2002 : 103 – 106).
Di dalam Qolbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati tentang salah-benar, baik buruk serta berbagai keputusan yang harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga kualitas Qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka bumi, ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina. Untuk itu perlu upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan Qolbu, yaitu dengan cara penyucian jiwa (Tazkiyah An Nafs) yang berarti menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, sesudah membersihkannya dari sifat-sifat tercela. Dengan kata lain diri dibersihkan dari kotoran dan kerusakannya diubah menjadi An Nafs Al Lawwamah (jiwa yang mencela) dan akhirnya menjadi An Nafs Al Muthma’innah. Selanjutnya adalah dengan cara menghapus kecintaan terhadap dunia serta menghilangkan segenap kesedihan, kedukaan dan kekhawatiran atas segala sesuatu yang tidak berguna yaitu dengan cara senantiasa dan terus menerus mengingat Allah (Dzikrullah).
Adapun upaya lain yang dapat dilakukan untuk pencerahan Qolbu adalah, antara lain :
1. Biasakan sekuat daya untuk melakukan pembersihan atau pelurusan Qalbu.
2. Senantiasa berkemauan kuat untuk meningkatkan kemampuan (keprofesionalan) diri dalam bidang apapun. (Valiuddin, 2000 : 225)
Realisasi kunci pertama dilakukan dengan berusaha untuk introspeksi (penilaian) diri dengan tekad untuk memperbaiki diri. Penilaian diri dimulai dari lingkungan yang terkecil seperti keluarga. Setelah lingkungan keluarga, penilaian diri diperluas ke saudara-saudara terdekat dan kemudian orang-orang di sekitar kita. Yakinlah bahwa semakin diri dapat dibuat terbuka, dapat menerima kritikan dengan keikhlasan, Insya Allah perkembangan kemampuan diri akan semakin baik. Untuk pembersihan hati ada lima tahap yang perlu ditempuh, antara lain :
1. Adanya tekad kuat untuk memahami dan memperbaiki diri serta membersihkan hati.
2. Memiliki “ilmu” mengenai pemahaman atau pengenalan diri. Sebab seseorang dapat membersihkan hati melalui perbaikan diri secara kontinu jika telah menyadari keadaan dirinya.
3. Menafakuri diri sendiri melalui evaluasi diri dengan bekal ilmu (tentang pengendalian diri) yang dimilikinya.
4. Proses mengevaluasi diri perlu untuk diperluas. Dengan kata lain, evaluasi diri dibicarakan secara terbuka dan bersama-sama sehingga proses pembersihan Qalbu semakin efektif.
5. Berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bagaimana diri mau belajar dari diri orang lain. (Gymnastiar, 2002 : 235 – 239)
Sedangkan untuk kunci yang kedua diperlukan adanya kejujuran sebagai modal dasar untuk membentuk jiwa yang tangguh, penuh dedikasi dan disiplin dalam menjalankan kerja sehari-hari (Gymnastiar, 2002 : 2). Manajemen Qalbu tidak hanya membentuk manusia yang ahli dzikir dan ahli fikir tetapi juga manusia yang ahli ikhtiar. Hal ini akan berkaitan dengan amal nyata dan karya nyata melalui proses pelatihan bidang untuk peningkatan kualitas keprofesionalan (Gymnastiar, 2002 : 106 – 108)
Adapun bentuk pelaksanaan Manajemen Qolbu yang bersifat kelompok, dilaksanakan dengan sistem ta’lim yang dibagi ke dalam beberapa kelompok lain. Materi yang diberikan bertendensi kepada pembentukan akhlak seperti ; kesabaran, kejujuran, keteladanan. Ayat-ayat dan hadits-hadits pendukung juga disiapkan dalam materi tersebut. Ada tiga materi pokok yang terkait dengan Manajemen Qolbu yaitu keutamaan hati, mengenal potensi manusia dan potensi diri sendiri serta pengenalan diri (Gymnastiar, 2002 : 103 – 106).
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com www.arminaperdana.blogspot.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Inovasi Pendidikan Akhlak Berbasis Manajemen Qalbu"
Posting Komentar