a
(Bagian I)
Sajian pendek ini dimaksudkan sebagai pengantar, atau lebih tepat sebagai perangsang, bagi para pengkaji keislaman untuk berani menerapkan sekaligus mengembangkan salah satu metode analitik yang dikenal sebagai analisis wacana (discourse analysis). Tentu saja, sajian ini didasarkan pada asumsi bahwa para pengkaji keislaman sudah memiliki wawasan ontologik terhadap bidang kajian mereka. Pada intinya, sejauh studi keislaman berangkut-paut dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan, maka sebagian dari wilayah kajian studi keislaman berpotensi untuk didekati dengan analisis wacana.
Memang tidak hanya dalam sejumlah disiplin kajian selain linguistik, analisis wacana dipandang sebagai perkembangan dan bahkan orientasi baru, tetapi juga dalam kajian linguistik. Semula diterima bahwa secara ontologik, ilmu bahasa mengkaji berbagai gejala bahasa, dan tali-temali bahasa dengan gejala lain. Lazimnya, bahasa dicandra dalam lima wujud. Pertama, karena kelahiran bahasa bermula dari ujaran (speech), maka gejala terkecil bahasa adalah bunyi (sound, phone). Gejala bahasa terkecil kedua berupa morfem (morpheme) dan kata (word). Berikutnya, gejala bahasa berupa kelompok kata dengan susunan terpola (patterned order of words), baik frasa (phrase) maupun kalimat (sentence). Karena bahasa niscaya digunakan untuk bertukar pesan, maka unsur sangat penting bahasa berikutnya adalah makna (meaning).
[1] George Yule. 1985. The Study of Language. Cambridge: Cambridge University Press.
[2] Robert de Beaugrande. 1996. “The Story of Discourse Analysis”, pp. 35-62.
[3] Periksa Sara Mills. 1997. Discourse. London: Routledge
[4] Meredith D. Gall, Joyce P. Gall, and Walter R. Borg. 2003. Educational Research: An Introduction. New York: Longman: 505.
[5] Mats Alvesson and Kaj Skoldberg, 2000. Reflexive Methodology. London: Sage Publications: 203.
[6] Ronald Carter, et al. 1997. Working with Texts: A core book for language analysis. London: Routledge.
[7] Deborah Tannen. 2004. Discourse Analysis. Working Paper. Georgetown University.
[8] Mohammad AS.Hikam.1999. “Bahasa, Politik dan Penghampiran ‘Discursive Practice’: Sebuah Catatan Awal”, dalam Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: LP3ES.
[9] Gillian Brown and George Yule. 1989. Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.
[10] J. L. Austin. 1962. How to Do Things with Words. Cambridge, Mass.: Harvard University Press; , H. P. Grice. 1989. Studies in the Way of Words. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.
[11] Teun A. van Dijk. 2003. Ideology and discourse: A Multidisciplinary Introduction. Internet Course for the Oberta de Catalunya (UOC).
[12] Periksa Sakban Rosidi. "Violence Discourse or Discursive Violence? Toward a Reciprocal Model of Relationship between Language and Violence", Poetica Journal of Language and Literature, Volume 1, No. 1 August 2001. Periksa pula Eriyanto. 2000. Kekuasaan Otoriter: Dari Gerakan Penindasan Menuju Politik Hegemoni. Yogyakarta: Insist.
Lihat Analisis Wacana Dalam Studi Keislaman (Part II)
KLIK DI SINIDitulis Oleh: Prof. Dr. Mudjia Rahardjo
Dipublikasikan Oleh:
Pendidik di Malang
www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com
www.arminaperdana.blogspot.com, http://grosirlaptop.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar