Swedia merupakan salah satu negara termiskin di Eropa pada abad ke-19. Kini, negara ini menempati urutan teratas dalam HDI, bahkan dinobatkan sebagai tempat hidup paling ramah bagi wanita.
Kerajaan Swedia (Konungariket Sverige) adalah sebuah negara Nordik, terletak di jantung wilayah Skandinavia. Ibu kota negaranya adalah Stockholm. Negara ini berbatasan dengan Norwegia di Barat dan Finlandia di Timur Laut, selat Skagerrak dan selat Kattegat di Barat Daya, serta Laut Baltik dan teluk Bathnia di Timur.
Swedia dan Negara-negara Skandinavia lainnya memiliki sistem pemerintahan yang unik. Yaitu penggabungan antara sistem industri yang menopang pertumbuhan ekonomi (industry led economy) dan sistem negara kesejahteraan (welfare state).
Berdasarkan laporan The Transparency International, Swedia termasuk negara dengan kualitas pemerintahan yang sangat bagus. Buktinya, Swedia merupakan negara dengan tingkat korupsi yang rendah dan level penggunaan Information and Communication Technology (ICT) yang cukup tinggi untuk mendukung kinerja pemerintah.
Saat ini, Swedia menjadi negara yang sangat berhasil dalam pencapaian kualitas hidup manusia. Menurut data tahun 2009, Human Development Index (HDI) Swedia menempati peringkat ke-7 dari 182 negara.
Tidak hanya itu, negara di laut Atlantik ini menempati urutan teratas sebagai tempat hidup paling ramah bagi wanita. Amerika Serikat saja, hanya menempati posisi ke-17, satu tingkat di atas Kosta Rika. Oleh karena itu, Swedia merupakan negara yang patut menjadi benchmark terutama bagi negara-negara lain termasuk Indonesia.
Sebagai seorang muslim, tinggal di Swedia merupakan kenikmatan atas tantangan yang berbeda dari yang lain. Perubahan iklim yang sangat ekstrem dari musim panas ke musim dingin, menuntut konsistensi keimanan dan ketakwaan.
Ketika puncak musim panas datang, waktu malam menjadi pendek. Waktu shalat Magrib dan Isya’ datang menjelang tengah malam (pukul 23.00), sementara waktu shalat Subuh mengintip tidak jauh setelahnya (pukul 02.00).
Sebaliknya, ketika puncak musim dingin tiba, waktu siang menjadi pendek. Shalat Subuh, Dhuhur, Asar, Magrib, dan Isya, semuanya dapat dilakukan selama jam sekolah atau kuliah. Waktu Subuh bisa dilakukan hingga pukul 08.30 pagi, sementara waktu Isya datang pukul 17.30 di sore hari. Kondisi ini juga berimplikasi pada ibadah lain, seperti puasa.
Sistem PendidikanSecara umum, tingkat pendidikan tinggi di Swedia bisa ditempuh dengan dua jalur, yaitu Universitet dan Högskolan. Högskolan lebih menjurus ke bidang tertentu (di Indonesia dikenal dengan Sekolah Tinggi/Institut), seperti teknik (Tekniska Högskola) dan ekonomi (Handelshögskola). Sedangkan Universitet memiliki cakupan yang lebih luas dan melingkupi beberapa disiplin ilmu.
Setelah siswa menamatkan pendidikan di Gymnasiet (setingkat Sekolah Menengah Umum (SMU)), dengan mengikuti Bologna process yaitu SMU+3 (180 ETCS), maka siswa tersebut mempunyai kesempatan untuk meneruskan pendidikan tiga tahun di bangku universitas, kemudian bisa langsung masuk ke dunia kerja (setingkat bachelor degree atau S1).
Setelah lulus dari bachelor, setiap siswa dapat menambah dua tahun masa studi untuk mendapatkan gelar master (S2). Untuk jurusan teknik, setelah menyelesaikan lima tahun kuliah, mahasiswa akan mendapatkan gelar “Civilingenjör”.
Gelar tersebut masih diberikan, meskipun Swedia sudah mengadopsi sistem Bologna. Hal ini sepertinya hanya diaplikasikan secara internal di Swedia untuk masa transisi, dan tidak berpengaruh terhadap mahasiswa asing.
Sedangkan untuk tingkat doktoral, bisa ditempuh dua jalur. Pertama, Vacancy Ph.D. Yaitu dengan merekrut mahasiswa berdasarkan kebutuhan universitas yang akan mengadakan penelitian. Kedua, industrial Ph.D. Jalur ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang memenuhi biaya penelitian secara mandiri.
Dengan sistem employment, seorang mahasiswa doktoral tidak perlu membayar biaya studi/penelitian apa pun selama menjalani pendidikan. Mereka justru akan mendapatkan standar gaji yang ditetapkan bersama dengan Serikat Buruh (Labor Union). Standar gaji tersebut cenderung meningkat seiring dengan selesainya masa pendidikan doktoral yang ditempuh.
Untuk melanjutkan studi di Swedia, setiap calon mahasiswa harus memenuhi berbagai persyaratan, seperti ijazah, sertifikat bahasa Inggris, motivation letter, dan lain sebagainya. Semua persyaratan itu ditujukan ke suatu sistem penerimaan terintegrasi yang disebut dengan Studera (www.studera.nu).
Setelah mahasiswa dinyatakan diterima, maka yang bersangkutan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan kedutaan Swedia untuk mendapatkan visa studi di Swedia. Segera setelah sampai di Swedia, mahasiswa melakukan pendaftaran ke kantor pajak setempat (Skateverkert) untuk mendapatkan personnummer (person number).
Dengan personnummer tersebut, seorang mahasiswa mendapatkan hak-hak yang hampir sama dengan penduduk asli (permanent resident) di Swedia. Seperti akses terhadap fasilitas pendidikan, kesehatan, perpustakaan, dan lain sebagainya.
Di negara mana pun, besar kecilnya biaya hidup bulanan tergantung dari gaya hidup dan aktivitas-aktivitas lain di luar kegiatan pendidikan di universitas. Kebutuhan bulanan mahasiswa Indonesia secara rata-rata adalah sebagai berikut:
• Akomodasi (apartemen/corridor room) : 2.500-4.000 SEK
• Makanan : 2.000-3.000 SEK
• Transportasi : 400-500 SEK
• Lain-lain (buku, fotokopi) : 500-1.000 SEK
Kurs 1 SEK (svensk krona) = Rp 1250,-
Dengan demikian, biaya kebutuhan bulanan mahasiswa berkisar antara 5.500-8.500 SEK (Rp 6,8 juta-Rp 10,7 juta) yang tentunya sangat tergantung dari aktivitas dan gaya hidup dari mahasiswa.
Sejak tahun ajaran 2011, Swedia tidak lagi memberikan beasiswa bagi pelajar yang berasal dari luar negara Uni Eropa. Karena Indonesia tidak masuk dalam daftar negara penerima bantuan beasiswa dari the Swedish Institute.
Namun demikian, ada beberapa Universitas di Swedia yang memberikan beasiswa secara mandiri kepada mahasiswa dari luar Uni Eropa, setelah mereka diterima di program Master. Misalnya, pada tahun 2011 ini, Chalmers University of Technology akan mengalokasikan 50 beasiswa pada tahun pertama penerapan biaya pendidikan.
Sedangkan dari pemerintah Indonesia, program beasiswa DIKTI dan Depkominfo masih bisa digunakan sebagai sarana untuk bisa mendapatkan akses pendidikan di Swedia. Pelamar mencantumkan letter of acceptance di universitas yang dituju, kemudian diajukan untuk disetujui oleh pemberi beasiswa.
Saat ini, jumlah pelajar Indonesia di Swedia kurang lebih berjumlah 90 orang, tersebar di beberapa universitas utama. Di Stockholm; Royal Institute of Technology, Stockholm University, Uppsala University. Di Lund; Lund University. Gothenburg; Chalmers University of Technology, Gothenburg University, dll.
Semua pelajar ini terwadahi dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Swedia (www.ppiswedia.se). Ada banyak kegiatan yang diselenggarakan, seperti workshop, diskusi ilmiah, kegiatan budaya, dan promosi pariwisata.
Promosi budaya dan pariwisata yang biasa dilakukan pada malam Indonesia (Indonesian Night) atau festival budaya, seperti Hammarkullen festivalen. Pada musim dingin dan musim panas, mereka mengadakan Winter dan Summer Gathering.
Oleh: Ibrahim Kholilul RohmanMahasiswa doktoral Chalmers University of Technology, Gothenburg, Swedia.
Penerima beasiswa S3 Depkominfo Republik Indonesia tahun 2008.
Sumber
selamat siang pak Ibrahim, saya mau tanya mengenai S3 di Swedia. saya sedang mencari info mengenai gaji yang didapatkan bagi mahasiswa S3, kira2 umumnya berapa ya pak? terima kasih.
BalasHapus