Walaupun kompensasi bukan satu-satunya hal berpengaruh terhadap kepuasan guru, namun indikasi yang ada menunjukkan bahwa kompensasi merupakan salah satu faktor penentu (main driven) dalam menentukan kepuasan guru yang akan memotivasi guru untuk meningkatkan prestasi kerja (kinerja) guru. Robbin (1993) menyebutkan kompensasi dapat berperan meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan guru jika kompensasi dirasakan: a) layak dengan kemampuan dan produktivitas guru, b) berkaitan dengan prestasi kerja, dan c) menyesuaikan kebutuhan individu. Kondisi-kondisi tersebut akan meminimalkan ketidakpuasan diantara guru, mengurangi penundaan pekerjaan, dan meningkatkan komitmen organisasi. Jika guru merasa bahwa usahanya tidak dihargai, maka prestasi kerja guru akan sangat di bawah kapabilitasnya.
Menurut Beer and Waston (1990), ada beberapa penyebab kepuasan dan ketidakpuasan guru atas kompensasi yang diterima, yakni:
1) Kepuasan individu terhadap kompensasi berkaitan dengan harapan dan kenyataan terhadap sistem kompensasi. Kompensasi yang diterima tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka individu merasa tidak puas.
2) Kepuasan dan ketidakpuasan guru akan kompensasi juga timbul karena guru membandingkan dengan guru lain di bidang pekerjaan dan organisasi sejenis. Ketidakpuasan timbul apabila atasan memberi kompensasi yang tidak sama pada guru yang memiliki level yang sama.
3) Guru sering salah persepsi terhadap sistem kompensasi yang diterapkan organisasi. Hal ini terjadi karena organisasi tidak memberikan informasi dan mengkomunikasikan program kompensasi pada guru dan organisasi tidak mengetahui jenis kompensasi yang dibutuhkan oleh guru.
4) Kepuasan dan ketidakpuasan atas kompensasi juga tergantung pada variasi dari kompensasi itu sendiri.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, Lawler III memberikan suatu model yang menentukan kepuasan dan ketidakpuasan guru. Model ini disebut dengan discrepancy model, dimana kepuasan merupakan perbedaan antara apa yang seharusnya diterima (a) dengan apa yang dia terima (b).
Gambar 2.2. Model of Determinant Satisfaction
Sumber: Lawler III
Model ini lebih menekankan pada persepsi individu terhadap rewards yang diterima dibandingkan dengan rewards yang diterima individu lain. Untuk mengurangi dampak ketidakpuasan kompensasi seperti labor turn over, obsenteeism dan kinerja/prestasi kerja yang rendah, seklolah dapat memperbaiki sistem kompensasi mencakup baik kompensasi financial dan kompensasi non-finansial.
Ditulis oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pdhttp://kabar-pendidikan.blogspot.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kepuasan Terhadap Kompensasi"
Posting Komentar