Tantangan dan Pembaruan Kurikulum
Dunia yang memasuki era global, ditandai dengan hilangnya batas-batas antar negara-negara yang memungkinkan segala informasi dari semua negara baik yang sesuai dengan ideology negara Indonesia maupun tidak, semua dapat masuk tanpa filter, maka banyak tantangan yang menghadang di depannya.
Penulis dapat merumuskan tantangan pendidikan di era globalisasi ini berdasarkan data-data yang ada diantaranya adalah: (1), manusia dihadapkan pada persaingan di segala bidang yang amat tinggi. (2), kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menggeser nilai-nilai lama, maka timbul berbagai faham dan ideologi baru. (3), terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, akibatnya banyak bencana alam yang sangat mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan anak cucunya kelak. (4), karena manusia yang cenderung hedonis, maka marak terjadi pelanggaran serta kenakalan remaja apalagi orang tua, dari pergaulan bebas, minuman keras, mengkosumsi narkoba, pelecehan seksual dan lain-lain. (5) banyak orang yang lari dari kenyataan akibat kalah dari persaingan, banyak yang mempercayai hal-hal mistis yang irrasional.
Selanjutnya tantangan-tantangan di atas dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok tantangan pendidikan di era global yaitu tantangan dampak negative dari era globalisasi dan tantangan kesiapan persaingan dalam dunia global. Dampak negatif era globalisasi bagi bangsa Indonesia sebetulnya menambah beban yang cukup berat karena bangsa ini telah lama mengidap permasalahan besar yang sampai kini belum kunjung pulih, bahkan semakin parah.
Negara kita yang masih belum kokoh berdiri, baru hampir 65 tahun merdeka yang sedang merangkak dalam pembangunan, mau tidak mau harus siap memasuki dunia global. Permasalahan besar yang telah lama menjangkit di negara kita antara lain disintegrasi bangsa, tawuran antar suku dan kelompok, pembrontakan, kemiskinan, kebodohan, pengangguran yang pontensi pada kejahatan ditambah adanya krisis moneter tahun 1997 yang sampai kini berkepanjangan. Kondisi demikian memiliki implikasi menurunnya mutu kehidupan masyarakat Indonesia secara umum.
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan di antaranya, krisis moral. Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.Yang ke-dua dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian. Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di suatu negara yang menyuguhkan kemudahan, kenikmatan dan kemewahan akan menggoda kepribadian seseorang. Nilai kejujuran, kesederhanaan, kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis. Untuk ini sangat mutlak diperlukan bekal pendidikan agama, agar kelak dewasa akan tidak menjadi manusia yang berkepribadian rendah, melakuan korupsi, kolusi dan nepotisme, melakukan kejahatan intelektual, merusak alam untuk kepentingan pribadi, menyerang kelompok yang tidak sepaham, percaya perdukunan, menjadi budak setan dan lain-lain. Faktor pendorong adanya tantangan di atas dikarenakan longgarnya pegangan terhadap agama dengan mengedepankan ilmu pengetahuan, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh kepala rumah tangga yaitu dengan keteladanan dan pembiasaan, derasnya arus informasi budaya negatif global diantaranya, hedonisme, sekulerisme, purnografi dan lain-lain, tidak ada tindakan efektif dari pemerintah karena sibuk memikirkan perebutan jabatan.
Selain adanya hambatan akibat dampak negatif era global juga terdapat tantangan pendidikan untuk membekali generasi muda mempunyai kesiapan dalam persaingan. Kesiapan itu Deliar Noer memberikan ilustrasi ciri-ciri manusia yang hidup di zaman global adalah masyarakat informasi yang merupakan kelanjutan dari manusia modern dengan sifatnya yang rasional, berorientasi ke depan, terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri dan inovatif juga mampu bersaing serta menguasai berbagai metode dalam memecahkan masalah . Dengan demikian pendidikan dituntut untuk mampu membekali peserta didik moral, kepribadian, kualitas dan kedewasaan hidup guna menjalani kehidupan bangsa yang multi cultural, yang sedang dilanda krisis ekonomi agar dapat hidup damai dalam komunitas dunia di era globalisasi.
Pembaharuan Kurikulum
Dari berbagai kurikulum yang pernah dilalui di Indonesia, kiranya dapat ditelisik bahwa kurikulum tersebut mengalami pembaharuan dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan kondisi zaman yang menuntut memang suatu kurikulum harus berubah ataukah terdapat suatu presser dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan? Problem seperti ini bukan suatu hal baru bagi pendidikan kita. Pada era sebelum reformasi banyak kalangan, para pakar pendidikan mengkritik hal itu dengan istilah ganti menteri, ganti kebijakan. Tetapi untuk saat ini, akankah hal tersebut terjadi pula? Jika pendapat tokoh pendidikan Ki Supriyoko sebagaimana tersebut sebelumnya, bahwa pergantian kurikulum biasanya terjadi sepuluh tahun kemudian dari kurikulum sebelumnya, namun jika kita menyoroti KBK ke KTSP atau kurikulum 2004 ke kurikulum 2006 menunjukkan kurang dari sepuluh tahun, tentu akan muncul suatu pertanyaan, mengapa?
Kalau kita mencermati secara mendalam implementasi KBK pada tingkat grassroot, yakni sekolah sebagai pelaksana dari KBK tersebut. Pada kenyataanya tidak setiap sekolah sudah mampu melaksanakan KBK ini, bahkan mungkin sekolah tersebut masih taraf trial and error terhadap KBK. Karena kurangnya dukungan dari SDM sekolah tersebut yang belum menguasai tentang KBK. Nah, apakah ini tidak secara langsung menunjukkan bahwa penentu kebijakan tersebut terlalu tergesa-gesa dalam mengadakan perubahan, tanpa harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, misal ketidaksiapan para tukang didik (pendidik/guru) yang akan terjun langsung mengoperasikan mesin pendidikan. Karena suatu konsep yang ideal tetapi belum mampu teraplikasikan dalam realita akan menghasilkan suatu kesia-siaan. Tentu menjadi renungan bagi kita.
Menurut, S. Nasution bahwa pembaharuan kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu administrative approach dan grass roots approach. Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain. Namun, pola seperti itu bergantung kepada pengelolanya, yakni pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Dan bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Kita tentu dapat obyektif dalam mencermatinya.
Daftar Pustaka:
1. Indratno, A. Ferry T., Kurikulum Beridentitas Kerakyatan dalam Kurikulum yang Mencerdaskan, Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif, Jakarta: Kompas, 2007.
2. Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Bandung: Remaja Rosdakaraya, 2004.
3. Moh. Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan: Panduan Menciptakan Manajemen Mutu Pendidikan Berbasis Kurikulum yang Progresif dan Inspiratif, Jogjakarta: Diva Press, 2009.
4. Nasution, S., Azas-Azas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
5. Rahmadhi, Slamet, Masalah Pendidikan di Indonesia, Jakarta: CV Miswar, 1989.
6. Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2004.
7. Suparman, M. Atwi, Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001.
8. Widiastono, Tonny D., Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004.
9. Yulaelawati, Ella, Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori dan Aplikasi, Bandung: Pakar Raya, 2004.
10. Zais, Robert S., Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper & Row, Publisher, 1976.
11. Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: BIGRAF Publishing, 2000.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com www.arminaperdana.blogspot.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Tantangan Kurikulum"
Posting Komentar