Proses motivasi dan berbagai factor yang mempengaruhinya telah dibahas oleh para pakar motivasi dari sudut pandang yang berbeda-beda dan menghasilkan pengertian yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan karena motivasi sangatlah komplek yang tidak bisa didefinisikan dan diinterpretasikan dari sust pandang tertentu saja. Bukan berarti definisi yang ada semuanmya salah, akan tetapi semuanya saling mendukung satu sama lain. Suatu hal yang lumrah dalam ilmu-ilmu pengetahuan yang sifatnya tidak eksak.
Motivasi tidak bisa dibahas dengan cermat apabila masih difahami sebagai suatu kepribadian (personality) yang dimiliki oleh sementara orng saja. Hal ini lebih baik dimengerti dalam komitmennya dengan dampak lingkungan terhadap nama orng bereaksi. Maksudnya penerjemahan dan penafsiran tentang motivasi sulit untuk bisa diterima oleh setiap indiviudu dengan berbagai latar beakang dan karakteristiknya, karena proses terbentuknya motivasi antara satu orang dengan yang lainnya tidak mesti sama, sehingga menghasilkan tingkat motivasi yang berbeda pula walaupun rangsangannya sama. Motivasi itu hendaknya dipahami dengan melihat reaksi individu atas berbagai rangsangan yang ada.
Pada satu sisi motivasi tampak sebagai kebutuhan dan sekaligus sebagai pendorong yang dapat menggerakkan semua potensi setiap orang. Sedangkan disisi lain motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan daya dan potensi yang ada, sehingga menghasilkan kinerja yang bagus demi tercapainya tuuan yang telah ditetapkan, baik tujuan organisasi maupun tujuan individual. Dalam hubungan inilah Raymond B. Cattel menemukan suatu kenyataan bahwa konsep motivasi berkaitan erat dengan konsep “sintality”. Dengan “sintality” atau sintalitas diartikan “pencapaian ” atau “pemuasan tujuan”.
Konsep lain yang bertalian dengan motivasi adalah konsep yang biasanya diutarakan dengan istilah “need” atau kebutuhan dan istilah “incetive” atau perangsang. Kedua istilah ini bagaikan dua sisi dari mata uang logam yang sama. Hubungan kedua logam ini sebanding dengan hubungan konsep tujuan dan alat untuk mencapai tujuan itu (Ends and mean concept). Perangsang atau insentif ini dapat dipandang alat untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan.
Keadaan motivasi seseorang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu situasi motivasi yang subyektif dan situasi motivasi yang obyektif. Yang subyektif merupakan keadaan yang terdapat dalam diri seseorangyang disebut need (kebutuhan), drive (dorongan), desire (keinginan), dan Impuls (bisikan-bisikan hati). Sedangkan yang obyektif adalah keadaan yang berada diluar seseorang yang biasa disebut dengan istilah incentive (rangsangan) dan goal (tujuan). Suatu kesimpulan yang dapat diambil adalah bagaimana konsep motivasi didefinisikan atau ditafsirkan tidak akan lepas dari tiga komponen dasar yaitu tujua, kebutuhan dan dorongan atau rangsangan.
Rujukan:
1. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar baru, 1992).
2. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998).
3. Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991).
4. E. koeswara, Motivasi, (Bandung: Angkasa, 1989)
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com www.arminaperdana.blogspot.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Konsep Dasar Motivasi"
Posting Komentar