Dalam manajemen berbasis sekolah (MBS), pelaksanaan program-program sekolah harus didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional. Kepala sekolah dan guru-guru sebagi pelaksana inti program sekolah merupakan orang-orang yang harus memiliki kemampuan dan integritas professional.
Pelaksanaan MBS menuntut kepemimpinan kepala sekolah professional yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan visi menjadi aksi. Pada umumnya, kepala sekolah di Indonesia belum dapat dikatakan sebagai manajer professional, karena pengangkatannya tidak didasarkan pada kemampuan dan pendidikan professional, tetapi lebih pada pengalaman menjadi guru. Hal ini disinyalir pula oleh laporan Bank Dunia (1999) bahwa salah satu penyebab menurunnya mutu pendidikan persekolahan di Indonesia adalah kurang profesionalnya kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di tingkat lapangan (Mulyasa, 2003:42).
Sejarah menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan organisasi adalah kuat tidaknya kepemimpinan. Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pemimpin, karena pemimpin merupakan pengendai dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuan yang akan dicapai. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Siagian (1994:49) bahwa arah yang hendak diteempuh oleh organisasi menuju tujuan harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang tersedia.
Banyak hasil studi yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdapat dalam sebuah organisasi merupakan factor yang berhubungan dengan produktivitas dan efesiensi organisasi. Sutermeiter (1985) mengemukkan ada beberapa factor determinan terhadap produktivitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe kepemimpinan (type of leadership) dan pemimpin (leader). Hal senada juga diungkapkan Sagir (1985) menunjukkan enam factor yang turut menetukan tingkat produktivitas, yaitu: pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat kesehatan dan tingkat upah minimal (Mulyasa, 2003:117).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan.
Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja, perlu dipahami oleh setiap pemimpin (dalam hal ini kepala sekolah) harus bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi bawahannya, tentunya dia sendiri juga harus berbuat baik. Kepala sekolah juga hendaknya menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian, artinya kepala sekolah seyogyanya ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Menurut Hersey dan Blanchad (1977) kepemimpinan yang efektif mampu dan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggota kelompoknya merasa kebutuhan mereka terpenuhi dan pemimpin sendiri merasa bahwa kebutuhannya juga telah terpuaskan. Kepemimpinan yang efektif selalu memanfaatkan kerjasama dengan para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian pemimpin akan banyak mendapatkan dukungan dan bantuan pikiran, semangat serta tenaga dari bawahannya Kepemimpinan adalah kemampuan untuk membujuk orang-orang guna mencapai dengan antusias tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Marno, 2007:49).
Dalam sebuah organisasi khusunya lembaga pendidikan, kepala sekolah hendaknya memperlakukan orang lain sebagai sahabat dan tidak membedakan satu sama lain. Dalam hal ini kepala sekolah tidak menganggap bahwa dirinya sebagai atasan dan lain sebagai pengikut, antara kepela sekolah dan tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan menrupakan hubungan sinergis sebagai mitra kerja. Kepala sekolah seyogyanya menciptakan kekuatan positif dalam lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik jarang bersikapa negatif, bahkan sebaliknya mereka harus menciptakan suatu perasaan bahwa segala sesuatu bergerak secara positif.
Inti kepemimpinan adalah bagaimana mempengaruhi orang lain agar mengikuti pemimpinnya, demikian juga kepala sekolah senantiasa harus bisa mengajak orang lain untuk mengikutinya dalam rangka menjalankan program-program sekolah yang telah ditetapkan bersama. Kepala sekolah juga hendaknya memberikan wewenang kepada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya, agar mereka tidak tertekan dan terbelenggu sehingga mereka dapat menunjukkan kreatifitasnya.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja"
Posting Komentar