Anak usia prasekolah merupakan perkembangan individu yang terjadi sekitar usia 2-6 tahun, pada usia ini anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara rasional.
Usia ini juga sering disebut dengan masa pancaroba, karena pada umumnya anak pada masa ini dorongan keingintahuannnya sangat kuat. Diantara perkembangan-perkembangan yang terjadi pada usia ini antara lain :
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan ketrampilan fisiknya, dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orangtuannya. Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan kepada anak untuk lebih dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan terhadap tubuhnya.
b. Perkembangan Intelektual
Menurut Pieget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau “symbolic function”, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan simbol (kata-kata, bahasa gerak, dan benda). Dapat juga dikatakan sebagai “semiotic function”, kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol (bahasa, gambar, tanda/isyarat, benda dan peristiwa) untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa.
Melalui kemampuan di atas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Dia dapat menggunakan kata-kata peristiwa dan benda untuk melambangkan sesuatu.
c. Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan orang lain. Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi orang lain atau benda lain. Dia menyadari bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya.
Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika lingkungannya (terutama orang tuanya) tidak mengakui harga diri anak, seperti memperlakukan dengan anak secara keras, atau kurang menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang sikap-sikap: keras kepala/menentang, atau menyerah menjadi penurut yang diliputi rasa harga diri kurang dengan sifat pemalu.
Beberapa emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut:
1) Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan: (1) mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan bahaya yng terdapat dalam objek, (2) timbul rasa takut setelah mengenal adanya bahaya, dan (3) rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar dari bahaya.
2) Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya. Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi-situasi yang dikhayalkan, berdasarkan dari pengalaman yang diperoleh, baik perlakuan orang tua, buku-buku bacaan/komik, radio atau film.
3) Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata kasar/ makian/ sumpah serapah) atau non verbal (seperti mencubit, memukul, menendang dan merusak). Perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang dialaminya, yaitu perasaan kecewa atau perasaan tidak senang karena adanya hambatan terhadap pemenuhan keinginannya.
4) Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya.
5) Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya. Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada anak, diantaranya terpenuhinya kebutuhan jasmaniah (makan dan minum), diperolehnya kasih sayang, ada kesempatan untuk bergerak (bermain secara leluasa), dan memiliki mainan yang disenanginya.
6) Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda.
7) Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut abnormal). Perasaan ini muncul akibat orang tua yang suka menakut-nakuti anak, sebagai cara orang tua untuk menghukum, atau menghentikan perilaku anak yang tidak disenanginya.
8) Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anak.
Perkembangan emosi yang sehat sangat membantu bagi keberhasilan belajar anak. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan emosi anak yang sehat, guru-guru supaya memberikan bimbingan kepada mereka, agar mereka dapat mengembangkan hal-hal berikut:
1) Kemampuan untuk mengenal, menerima, dan berbicara tentang perasaan-perasaannya.
2) Menyadari bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingkah laku sosial.
3) Kemanpuan menyalurkan keinginannya tanpa menggangu perasaan orang lain.
4) Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.
d. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap yaitu sebagai berikut :
1) Masa 2,0-2,6 tahun yang bercirikan
a) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
b) Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan. Misalnya, anjing lebih besar dari kucing.
c) Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, di mana, dan dari mana.
d) Anak sudah banyak mengunakan kata-kata yang berawalan dan berakhiran.
1) Masa 2,6-6,0 tahun yang bercirikan
a) Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b) Tingkat berfikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab-akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa, dan bagaimana.
Untuk membantu perkembangan bahasa anak, atau kemampuan berkomunikasi maka orang tua dan guru seyogianya memfasilitasi, memberi kemudahan, atau peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya, berbagai peluang itu antara lain:
1) Bertutur kata yang baik dengan anak
2) Mau mendengarkan pembicaraan anak
3) Menjawab pertanyaan anak (jangan meremehkan)
4) Mengajak dialog dengan hal-hal sederhana
5) Di sekolah, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan keinginannya, menghafal dan melantunkan lagu dan puisi.
e. Perkembangan Sosial
Pada usia prasekolah, perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah:
1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain.
2) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan
3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
4) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya (peer group).
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarganya. Apabila di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga, maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain.
Untuk memfasilitasi perkembangan sosial anak, maka guru-guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Membantu anak agar memahami alasan tentang diterapkannya aturan, seperti keharusan memelihara ketetiban di dalam kelas, dan larangan masuk atau keluar kelas saling mendahului.
2) Membantu anak untuk memahami, dan membiasakan mereka untuk memelihara persahabatan, kerja sama, saling membantu, dan saling menghargai dan menghormati.
3) Memberikan informasi kepada anak tentang adanya keragaman budaya, suku dan agama di masyarakat, dan perlunya saling menghormati diantara mereka.
f. Perkembangan Kepribadian
Masa ini lazim disebut masa Trotzalter, periode perlawanan atau masa krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan dan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan, yaitu (aku-nya) dan orang lain (orang tua, saudara, guru dan teman sebaya). Dia mulai menemukan bahwa tidak semua keinginannya dipenuhi orang lain. Pertentangan antara kemauan diri dan tuntutan lingkungannya, dapat mengakibatkan ketegangan dalam diri anak, sehingga tidak jarang anak meresponsnya dengan sikap membandel atau keras kepala. Bagi anak usia ini, sikap membandel itu merupakan suatu kewajaran, karena perkembangan pribadi mereka sedang bergerak dari sikap dependen ke indipenden.
Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan dan tanggung jawab. Oleh karena itu, agar tidak berkembang sikap membandel, pihak orang tua perlu menghadapinya secara bijaksana, penuh kasih sayang, dan tidak bersikap keras. Meskipun mereka mulai menampakkan keinginan untuk bebas dari tuntutan orang tua, namun pada dasarnya mereka masih sangat membutuhkan perawatan, asuhan, bimbingan, dan curahan kasih sayang orang tua.
g. Perkembangan Moral
Pada masa ini anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Anak akan belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku mana yang baik/boleh/diterima disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui. Berdasarkan pengalamannya itu, maka pada masa ini anak harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana dia harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku.
Dalam rangka membimbing perkembangan moral anak prasekolah ini, sebaiknya orang tua atau guru-guru, melakukan upaya-upaya:
1) Memberikan contoh atau teladan yang baik, dalam berprilaku atau bertutur kata.
2) Menanamkan kedisiplinan kepada anak, dalam berbagai aspek kehidupan, seperti memelihara kebersihan atau kesehatan, dan tata karma atau budi pekerti luhur.
3) Mengembangkan wawasan tentang nilai-nilai moral kepada anak, baik melalui pemberian informasi, atau melalui cerita.
h. Perkembangan Kesadaran Beragama
Kesadaran beragama pada anak usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sikap keberagamaannya bersifat reprensif (menerima) meskipun banyak bertanya.
2) Pandangan ketuhanannya bersifat antropormorph (dipersonifikasi).
3) Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
4) Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritis (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berfikirnya yang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).
Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang berkat: mendegarkan ucapan-ucapan orang tua, melihat sikap dan prilaku orang tua dalam mengamalkan ibadah, dan pengalaman dan meniru ucapan dan perbuatan orang tuanya.
Mengenai pentingnya menanamkan nilai-nilai agama kepada anak pada usia ini, Zakiyah Darajat (1970: 111) mengemukakan bahwa umur taman kanak-kanak adalah umur paling subur untuk menanamkan rasa agama kepada anak, umur penumbuhan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama, melalui permainan dan perlakuan dari orang tua dan guru. Keyakinan kepercayaan guru taman kanak-kanak itu mewarnai pertumbuhan agama pada anak.
Rujukan:
1. Elizabert, Perkembangan Anak jilid I, Jakarta: P.T Erlangga, 1991, Hal 38.
2. Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2004. Hal 162-178.
3. Kartono, kartini, Psikologi Anak, Bandung: P.T Mandar Maju, 1995. Hal 124.
4. Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 1992, Hal 13.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, www.kmp-malang.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Karakteristik Perkembangan Anak Prasekolah"
Posting Komentar