Oleh: M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Prinsip Pembelajaran Kontekstual Dalam bukunya Nurhadi (2004: 20-21) yang berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, untuk menerapkan pembelajaran kontekstual guru perlu memegang prinsip pembelajaran berikut ini:a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental (depelopmentally appropriate) siswa. Hubungan antara isi kurikulum dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus didasarkan kepada kondisi sosial, emosional dan perkembangan intelektual siswa. Jadi, usia siswa dan karakteristik individual lainnya serta kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi perhatian di dalam merencanakan pembelajaran. Contohnya, apa yang telah dipelajari dan dilakukan oleh siswa SLTP tentunya berbeda dengan apa yang dipelajari dan dikerjakan oleh siswa SMU (Kilmer, 2001: 9). b. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent learning groups).Siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-kelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas). Kemampuan itu merupakan bentuk kerja sama yang diperlukan oleh orang dewasa di tempat kerja dan konteks lain. Jadi, siswa diharapkan untuk berperan aktif.c. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self-regulated learning).Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri memiliki tiga karakteristik umum, yaitu kesadaran berfikir penggunaan strategi dan motivasi yang berkelanjutan. Berdasarkan penelitian, siswa usia 5-16 tahun secara bertahap mengalami perkembangan kesadaran terhadap; (i) keadaan pengetahuan yang dimilikinya, (ii) karakteristik tugas-tugas yang mempengaruhi pembelajarannya secara individual, dan (iii) strategi belajarnya (Brown, Bransford, Ferrara dan Campione, 1993; Flavell, 1978 dalam Paris dan Winograd, 1998).d. Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of students).Di kelas guru harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya latar belakang suku bangsa, status sosial-ekonomi, bahasa utama yang dipakai di rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki. Dengan demikian, diharapkan guru dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajarannya.e. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligences) siswa.Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, maka cara siswa berpartisipasi di dalam kelas harus memperhatikan kebutuhan dan delapan orientasi pembelajarannya (spasi-verbal, linguistic-verbal, inter-presonal, musical-ritmik, naturalis, badan-kinestetika, intrapersonal dan logismatematis) (Gardner, 1993). f. Menggunakan teknik-teknik bertanya (Questioning) untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berfikir tingkat tinggi.Agar pembelajaran kontekstual mencapai tujuannya, maka jenis dan tingkat pertanyaan yang tepat harus diungkapkan/ditanyakan. Pertanyaan harus secara hati-hati direncanakan untuk menghasilkan tingkat berfikir, tanggapan, dan tindakan yang diperlukan siswa dan seluruh peserta di dalam proses pembelajaran kontekstual (Frazee, 2001).g. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berfikir kompleks seorang siswa, dari pada hanya sekedar hafalan informasi aktual. Kondisi alamiah pembelajaran kontekstual memerlukan penilaian interdisiplin yang dapat mengukur pengetahuan dan keterampilan lebih dalam dan dengan cara yang bervariasi dibandingkan dengan penilaian satu disiplin (Ananda, 2001).
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, www.kmp-malang.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual"
Posting Komentar