Oleh: M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Konsep Perilaku Kepemimpinan
1. Pengertian Perilaku Kepemimpinan
Perilaku kepemimpinan adalah perilaku khusus/pribadi para pemimpin terkait dengan tugas dan perannya sebagai seorang pemimpin. Perilaku kepemimpinan dipahami sebagai suatu kepribadian (personality) seorang pemimpin yang diwujudkan dalam aktivitas kepemimpinannya dalam kaitannya dengan mengelola tugas dan hubungan dengan bawahan/pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Perilaku seorang pemimpin terkait erat dengan beberapa hal, yaitu kemampuan yang dimilikinya, karakter setiap bawahan yang dipimpinnya, jabatan atau posisi tertentu yang diembannya, dan budaya organisasi serta situasi kondisi yang menyertainya.
2. Teori Perilaku dan Urgensinya Dalam Kepemimpinan
Teori tentang perilaku manusia perlu diungkap mengingat seorang pemimpin harus mengetahui tingkat kamatangan para pegawainya agar bisa memimpin mereka secara efektif. Banyak pemimpin yang gagal karena tidak mengetahui dengan baik karakter dan kebutuhan pegawainya dalam melakukan pekerjaan.
a. Teori X dan Y Douglas Mc Gregaor
Karya Gregor yang paling dikenal umum adalah pembedaan dua teori dasar mengenai tingkah laku manusia dalam bukunya the Human Side of Enterprise, yang mengemukakan Teori X dan Teori Y.
Teori X beranggapan bahwa :
1) Rata-rata karyawan itu malas dan tidak suka bekerja.
2) Umumnya para karyawan tidak berambisi dan menghindar dari tanggung jawab.
3) Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan dikendalikan.
4) Karyawan lebih mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan sasaran organisasi.
Oleh karena itu, para karyawan harus dikendalikan dan diarahkan agar organisasi dapat mencapai sasarannya. Tipe kepemimpinan Teori X adalah otoriter sedangkan gaya kepemimpinannya berorientasi pada prestasi.
Sedangkan Teori Y beranggapan bahwa:
1) Rata-rata karyawan rajin, dan memiliki semangat kerja yang tinggi.
2) Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk maju.
3) Karyawan selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya dalam mencapai sasaran organisasi.
4) Karyawan pada umumnya selalu mengutamakan kepentingan bersama dan organisasinya.
Dalam Teori Y ini, dedikasi dan partisipasi akan lebih menjamin tercapainya sasaran organisasi. Dengan demikian, manajemen partisipasi harus dikembangkan. Tipe kepemimpinan teori Y adalah demokratis sedangkan gaya kepemimpinan menuju keseimbangan antara tugas dan kompromi (hubungan).
b. Teori 3 Perilaku D. Young
Young membedakan manusia manjadi tiga golongan menurut arah perhatiannya, yaitu:
1) Tipe Extrovert
Seorang bawahan disebut seorang yang extrovert jika perhatiannya terutama ditujukan ke sekelilingnya. Orang seperti ini biasanya memiliki ciri berhati terbuka, gembira, ramah tamah, sosial dan menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya.
2) Tipe Introvert
Bawahan yang bertipe introvert perhatiannya terutama diarahkan ke dalam dirinya sendiri. Orang seperti ini biasanya memiliki ciri egoistis, acuh tak-acuh, senang menyendiri, pendiam, kurang bisa bergaul dan selalu mendahulukan kepentingan pribadinya.
3) Tipe Ambiverse
Tipe ini merupakan perpaduan dari dua tipe sebelumnya. Dalam hal ini, seorang bawahan sangat susah ditebak sifat dan karakternya. Pemimpin harus hati-hati dalam menghadapi bawahan yang bertipe seperti ini.
c. Teori Tuju Prilaku Clare W. Graves
Graves mengklasifikasi prilaku manusia menjadi tujuh tipe yaitu:
1) Tipe Austik
Seorang bawahan memiliki sifat ini hidupnya seperti tumbuh-tumbuhan. Ia kurang bahan untuk hidup dan tidak punya daya juang dan dalam arti umum tak dapat dikaryakan.
2) Tipe Animistik
Bawahan yang bertipe animistik biasanya sadar akan lingkungannya, tetapi kurang memahaminya. Motifnya yang paling dominan adalah mempertahankan kelangsungan hidupnya (to survive) tetapi masih percaya dan dikuasai oleh hal-hal klenik dan praktek-praktek kehidupan yang aneh-aneh.
3) Tipe Kejutan
Seseorang yang bertipe ini takut akan adanya daya-daya yang bertentangan dalam dirinya sendiri. Segala hal yang sifatnya baru selalu jadi beban hidupnya. Dia pasif dalam inovasi dan kreativitas. Motif utamanya adalah keamanan dan perlindungan status quo.
4) Tipe Agresif dan Gila Kuasa
Di antara pegawai atau bawahan pasti ada yang memiliki sifat suka menantang tradisi dan tata tertib yang telah mapan dan ia lebih suka mengatur dirinya sendiri. Motifnya yang paling dominan adalah kekuasaan dan mungkin juga prestise.
5) Tipe Agresif Individualistis
Pegawai yang bertipe demikian biasanya percaya akan dirinya sendiri, bertanggung jawab, berkiblat pada tujuan, bukan pada sarana. Ia benci akan perincian metode, dia tidak menyukai tugas yang dipaksakan. Motif dominannya adalah pencapaian prestasi.
6) Tipe Individualis Suka Damai
Seorang pegawai bertipe ini memiliki sifat berorientasi pada tujuan dan berharap dapat ikut serta dalam menentukan setiap target organisasi. Motif dominannya adalah prestasi dan harga diri dan sangat acuh-tak acuh terhadap penghargaan maupun kritikan dari orang lain.
7) Tipe Sosiosentris
Tipe ini dimiliki oleh pegawai yang selalu rindu dengan suasana kerja yang menyenangkan. Orang seperti ini selalu mendahulukan masalah-masalah sosial dari pada masalah-masalah material atau pribadi. Dia sangat menyukai kegiatan kelompok dan segala aktivitas yang berbentuk tim kerja. Motif dominannya adalah prestasi dan hubungan dalam kelompok.
Dalam proses kepemimpinan di lembaga pendidikan, seorang pemimpin pasti akan dihadapkan pada berbagai karakter individu bawahan yang sangat beragam. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus jeli dan teliti melihat berbagai perbedaan tersebut dan selanjutnya memilih tipe kepemimpinan yang sesuai dengan karakter para bawahannya.
Mempraktekkan teori ditas, misalnya bagi bawahan/pegawai yang memiliki sifat X, maka seorang pemimpin akan efektif dalam menggerakkan mereka bila gaya kepemimpinan otoriter diterapkan. Hal ini bukan berarti dengan serta merta seorang pemimpin bisa bertindak semaunya, tetapi pendekatan persuasif harus selalu diutamakan. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement) harus menjadi pertimbangan utama dalam memimpin pegawai yang berkarakter demikian. Sama halnya dengan bawahan atau pegawai yang memiliki tipe introvert, ambiverse dan autis, maka gaya dan orientasi kepemimpinan yang demikian lebih efektif dalam mencapai sasaran organisasi.
Selanjutnya, bagi pegawai yang memiliki ciri Y atau tipe lain yang menyerupainya, maka gaya kepemimpinan demokratis akan lebih efektif dalam menggerakkan mereka. Sedangkan dalam mencapai tujuan organisasi, maka kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) harus menjadi pertimbangan utama.
Adapun bagi pegawai yang memiliki karakter individual yang kuat dan motivasi kerta yang tinggi, maka kebutuhan akan kekuasaan (need for power) harus menjadi pertimbangan utama seorang pemimpin. Untuk menciptakan komitmen dalam diri pegawai yang demikian, pendekatan otoriter akan lebih efektif sedangkan untuk mengembangkan mereka, lebih sesuai dengan pendekatan demokratis.
Rujukan:
1. M. Shohib dalam Sinopsis Tesis Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Inovasi Lembaga Pendidikan Madrasah, 2001, hal. 7
2. Patar Rumapea, Pengaruh Kekuasaan Legitimasi, Penghargaan, Paksaan, Keahlian dan Referensi terhadap Kinerja Karyawan, dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Tahun 9, No. 3, 2004, hal. 567
3. Dessler., Manajemen Personalia, Edisi III, Terjemahan Agus Dharma, Jakarta: Erlangga, 1986, hal. 19
4. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen : Dasar, pengertian dan Masalah., Jakarta: CV Haji Masagung, hal. 179-180
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, www.kmp-malang.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Konsep Perilaku Kepemimpinan"
Posting Komentar